Anton yang awalnya curiga, akhirnya berlalu kembali ke pondokan.
Nur menatap tempat itu, lama, gapura kecil di hadapannya tampak seram, diikat kain hitam dan merah, tanda larangan. Ada sesajen di sana.
Tempat larangan, tapi batin Nur mengatakan ia harus melangkah masuk, langkah demi langkah menjejak setapak naik masuk di Tapak Tilas.
Jalan setapak ini dibuat hanya untuk satu orang, menyerupai lorong panjang.
Baca Juga: Hilang Misterius di Hutan, Warga Gunungkidul Ditemukan Linglung dan Lemas di Atas Pohon
Nur menelusuri tempat itu, langit sudah mulai oranye, pertanda sebentar lagi gelap, tapi Nur tetap melangkah.
Duri semak belukar melukai tangan dan kakinya, tapi Nur tidak peduli, ia merasa ada sesuatu di sana.
Hingga sampai di ujung setapak, jalan tertutup rimbun tumbuhan beluntas. Jalan ini tidak bisa dilewati lagi.
Hanya seperti inikah Tapak Tilas? Jalan setapak berujung rimbunan beluntas. Mengapa dikeramatkan?
Baca Juga: Tersangkut Pinjaman Daring, Seorang Ibu Bunuh Anak Kandungnya yang Masih Balita
Nur terdiam lama, kemudian mencoba menyibak tanaman beluntas dan benar saja, di belakangnya, ada undakan batu yang disusun miring, turun ke bawah.
Nur melangkah turun, berpegangan dia pada sulur akar di lereng turunan, agar bisa sampai di bawah dengan selamat.
Seperti dugaannya, ada tempat yang tidak terjamah di desa ini, apalagi Nur melihat dengan jelas, ada bangunan megah terbengkalai di bawah turunan.
Sebuah sanggar, yang lebih mirip dengan balai desa, luas, besar, tapi seperti sudah lama ditinggalkan.
Baca Juga: Amankah Mengonsumsi Daging Sapi yang Terjangkit PMK, Ini Penjelasan Pakar...