HARIAN MERAPI- Khanza Film Entertainment merilis film horor berjudul “Danyang Wingit Jumat Kliwon.” Karya ini kental unsur okultisme/misteri dan tradisi pedalangan Jawa.
Penayangan perdana Danyang Wingit Jumat Kliwon di Premiere XXI kompleks Jogja City Mall (JCM) Sleman, Kamis (20/11/2025). Sejumlah pemain film tersebut hadir dan ikut nonton bareng dengan awak media.
Menurut Agus Riyanto sebagai sutradara sekaligus produser Danyang Wingit Jumat Kliwon, proses produksi film Danyang Wingit Jumat Kliwon berlangsung cukup panjang.
Baca Juga: Kerajinan dari barang bekas ramaikan acara Gelar Karya SD Muhammadiyah Karangharjo Berbah
“Sebelum memasuki tahap syuting, tim melakukan riset konsep selama sekitar satu tahun, lalu enam bulan untuk menentukan karakter dan pemain,” terang Agus, sebelum nonton bareng.
Selain itu, lanjut Agus, lebih dari tiga minggu untuk proses pengambilan gambar, serta sekitar satu tahun untuk scoring dan mixing.
Sebagai penulis naskah film tersebut, Dirmawan Hatta. Sedangkan lokasi syuting di beberapa tempat, seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.
Ditegaskan pula oleh Agus, Danyang Wingit Jumat Kliwon bukan hanya film horor yang menegangkan, tetapi juga bentuk pelestarian cerita rakyat Nusantara.
Ia sendiri merasa ada keseruan dan kebanggaan tersendiri bisa mengangkat mitos Jawa ke layar lebar. Bahkan, ada sensasi mistis yang masih lekat di sebagian masyarakat.
Baca Juga: Begini peran media massa di tengah arus informasi yang sangat cepat, harapan Menkomdigi seperti ini
“Saya juga tak ingin hanya menampilkan hantu berwajah seram di film horor, karena yang jauh lebih menakutkan adalah sifat jahat manusia,” urainya.
Adapun cerita Danyang Wingit Jumat Kliwon, yakni berpusat pada karakter Ki Mangun Suroto (diperankan Whani Darmawan), seorang dalang.
Ki Mangung terobsesi menguasai ilmu kuno demi keabadian. Namun, obsesinya justru membawa petaka bagi orang-orang di sekitarnya, termasuk Citra (Celine Evangelista) yang dijadikan korban.
Pasalnya, Citra bergabung sebagai sinden baru di padepokan Ki Mangun. Ia bekerja sebagai sinden demi memenuhi kebutuhan pengobatan adiknya, Dewi (Aisyah Kanza).
