'Kuyank' Diputar Perdana di JAFF 2025, Perluas Semesta Saranjana Lewat Pendekatan Budaya Kalimantan

photo author
- Minggu, 7 Desember 2025 | 20:30 WIB
Crew dan cast film Kuyank saat di Jogja usai pemutaean film di gelaran JAFF.  (WAHYU TURI K)
Crew dan cast film Kuyank saat di Jogja usai pemutaean film di gelaran JAFF. (WAHYU TURI K)

HARIAN MERAPI - Semesta Saranjana: Kota Gaib kembali diperluas dengan hadirnya film terbaru berjudul Kuyank, sebuah prequel resmi yang diputar perdana dalam Special Screening Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20, Sabtu (6/12).

Film arahan sutradara asal Kalimantan Selatan, Johansyah Jumberan, ini menjadi salah satu yang paling dinantikan setelah kesuksesan Saranjana yang meraup 1,2 juta penonton di Indonesia.

Ku­yank menggali legenda ilmu kuyang, salah satu urban legend paling melekat di masyarakat Kalimantan. Johansyah mengatakan film ini tak hanya menawarkan teror, tetapi juga riset budaya yang kuat.

Baca Juga: Peringati 20 Tahun Bencana Tsunami Aceh, Film Dokumenter SMONG Aceh Diputar Perdana di JAFF 2024

“Kuyang adalah bagian dari identitas cerita rakyat Kalimantan. Saya ingin mengangkatnya bukan sekadar sebagai sosok menakutkan, tetapi sebagai bagian dari sejarah dan kepercayaan masyarakat kami,” katanya.

Untuk menjaga keotentikan cerita, proses shooting dilakukan sepenuhnya di Kalimantan dengan penggunaan 50% Bahasa Banjar. Selain melibatkan talenta lokal, film ini kembali bekerja sama dengan musisi Jeff Banjar, yang juga mengisi soundtrack dengan Bahasa Banjar seperti pada film sebelumnya.

“Saya ingin suasana Kalimantan terasa sampai ke penonton. Bahasa, musik, dan talenta lokal adalah kekuatan besar yang membuat Kuyank berbeda,” terangnya.

Baca Juga: Film Horor 'Abadi Nan Jaya' Ungkap Seluk Beluk Karakter Zombie Lokal

Film ini juga diperkuat jajaran aktor ternama seperti Rio Dewanto, Barry Prima, Jollene Marie, Ochi Rosdiana, Dayu Wijanto, Ananda George, Hazman Al Idrus, serta para aktor lokal Kalimantan. Skala produksi Kuyank lebih besar dibanding Saranjana, terutama dari sisi efek visual. CGI film ini digarap oleh LMN Studio.

Di balik elemen horor, Kuyank mengangkat drama rumah tangga Rusmiati dan Badri yang dihantui tekanan adat, keluarga, serta kepercayaan masyarakat. Johansyah menegaskan bahwa aspek emosional ini menjadi inti film.

“Pada dasarnya, film ini bercerita tentang seorang perempuan yang mencoba mempertahankan cintanya, tapi terjebak dalam tekanan budaya dan ramalan buruk. Dari situ lahir tragedi,” ucapnya.

Baca Juga: Agak Laen: Menyala Pantiku! Tembus 1,2 Juta Penonton dalam Tiga Hari Penayangan

Pemutaran perdananya di JAFF menjadi langkah awal sebelum diputar secara nasional mulai 29 Januari 2026. Johansyah berharap Kuyank dapat membuka ruang lebih luas bagi karya-karya dari Kalimantan.

“Saya ingin cerita dari Kalimantan punya panggung yang sama dengan cerita dari daerah lain. JAFF adalah tempat yang tepat untuk memulai perjalanan ini,” terang Johansyah.

Kisah dalam film berlangsung tujuh tahun sebelum peristiwa di Saranjana, menyoroti perjalanan Rusmiati yang terpaksa mempelajari ajian kuyang demi mempertahankan rumah tangganya. Keputusannya memicu rangkaian teror pada bayi dan perempuan hamil. Saat identitas Rusmiati terbongkar, Badri harus memilih antara melindungi perempuan yang ia cintai atau tunduk pada kemarahan masyarakat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X