harianmerapi.com – KKN di Desa Penari menceritakan sebuah kisah tentang pengalaman 6 mahasiswa yang melaksanakan tugas KKN di salah satu desa ujung timur Pulau Jawa.
Kisah KKN di Desa Penari dituturkan tokoh bernama Widya dan Nur, kepada pemilik akun Twitter Simple Man @SimpleM81378523, kemudian diunggah pada Juni-Juli 2019.
Harian Merapi mencoba menulis ulang kisah KKN di Desa Penari (versi Widya) dengan melansir thread akun Twitter Simple Man @SimpleM81379523.
KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 14, santap habis makanan demit!
Sepeda motor yang dinaiki Wahyu dan Widya mogok di tengah hutan keramat, kemudian lamat-lamat lalu semakin kencang, terdengar suara gamelan orang hajatan.
Dan benar saja, warga gaib hutan angker itu menggelar hajatan dan dalam penglohatan Wahyu dan Widya, mereka menggelarnya di tanah lapang sebuah perkampungan, di tepi jalan setapak.
Keduanya pun pasrah, terpaksa menerima ajakan kakek tua berbadan bungkuk untuk beristirahat, sembari menunggu sejumlah pemuda yang tidak pernah dilihat Wahyu dan Widya sebelumnya, memperbaiki sepeda motor itu.
Lalu…
“Ayune cur! (Cantiknya anj***!) puji Wahyu ketika melihat penari yang pentas di atas panggung hajatan.
Widya bingung, atau hanya perasaannya saja yang terlalu dilebih-lebihkan.
Ia merasa mata penari beberapa kali mencuri pandang kepadanya. Widya seperti mengenal penari itu.
Tapi tidak tahu siapa dia, dan Widya terus bertanya dalam hati, hingga kakek tua bungkuk membuyarkan lamunannya.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 11: Bapak Tua dan Wanita Penari Berwajah Rata
Ia datang menawarkan makanan kepada mereka dan seperti Wahyu sudah lupa dengan pesan penjual cilok untuk tidak mempedulikan apapun ketika terjebak dalam hajatan gaib.