LAMARAN Surya yang diucapkan dengan tiba-tiba, tidak langsung diterima oleh Santi. Sebagai seorang perempuan, ia merasa malu untuk memberi jawaban.
Meski sebenarnya ada rasa gembira luar biasa, lantaran dirinya yang hanya seorang karyawan biasa, tiba-tiba dilamar oleh bosnya sendiri tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.
"Bapak tidak bercanda?" tanya Santi masih setengah tidak percaya akan apa yang disampaikan Surya.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 1: Rumah Tangga Baru yang Sepi
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 2: Cemburu Itu Bunga-bunganya Cinta
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 3: Pertimbangan Mengadopsi Anak untuk Pancingan
Surya sendiri juga makin bingung mendapat pertanyaan itu. "Masa saya bercanda. Saya serius, Santi. Saya ingin kamu menjadi istri saya," kata Surya.
Santi pun makin percaya dengan kenyataan yang sedang dihadapi. Dirinya dilamar oleh bosnya sendiri, padahal masih banyak karyawati lain yang juga cantik-cantik.
"Tapi Santi belum bisa menjawab sekarang, Pak. Santi bingung," jawab Santi.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 4: Mengadopsi Anak Saudara yang Kesulitan Ekonomi
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 5: Meneladani Rasulullah dalam Mendidik Anak
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 6: Istri Menunjukkan Tanda-tanda Hamil, Suami yang Stress
Setelah pertemuan itu, hari-hari berikutnya dilalui dengan suasana hati agak berbeda bagi keduanya. Surya dibuat cemas menunggu jawaban pasti dari Santi.
Sementara Santi yang dalam hati sebenarnya sudah menerima pinangan Surya, setiap hari masuk kerja dengan hati berbunga-bunga. Ia jadi tersipu-sipu dan agak kikuk setiap kali harus bertemu dengan Surya.
Di rumah Santi juga sudah menyampaikan ungkapan Surya itu kepada ibunya, Bu Rusti (bukan nama sebenarnya). Ia minta restu dari Bu Rusti untuk memantapkan hatinya.