Kejujuran Membawa Nikmat 13: Rasa Penyesalan Datang Setelah Mama Meninggal

photo author
- Sabtu, 11 September 2021 | 11:05 WIB
Dina hanya bisa menangis di samping jenazah Mama. (Ilustrasi Sibhe)
Dina hanya bisa menangis di samping jenazah Mama. (Ilustrasi Sibhe)

SETELAH suasana tenang, dokter Hadi kembali membuka pembicaraan. Ia melihat Surya kelihatan lebih tabah menghadapi kenyataan, sehingga dirasa bisa mulai diajak bicara lagi.

"Saudara Surya, kami masih menunggu pihak keluarga untuk penanganan jenazah ibu Dina. Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga. Di sini juga ada tim yang siap untuk memandikan jenazah secara Islam," kata dokter Hadi.

"Baik Dokter, kami serahkan saja pada tim di sini, agar kami membawa pulang jenazah Mama sudah dimandikan," jawab Surya.

Baca Juga: Nyimas Utari dan Misteri Kematian JP Coen 1: Penjajah Melakukan Monopoli Perdagangan Rempah-rempah

"Dokter, Putri mau melihat Mama," sela Putri yang sudah bisa mengendalikan diri.

"Silakan. Mungkin adik sebagai putrinya juga ingin memandikannya, itu lebih baik," kata Dokter

"Tapi saya tidak tega, Dokter," kata Putri.

"Sebaiknya Putri nanti ikut memandikan Mama. Ini sebagai penghormatan terakhir untuk Mama," kata Surya,

Baca Juga: Nenek Menggendong Kayu Tiba-Tiba Menghilang Tak Berbekas

Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa memandikan mayat sambil menyempurnakan segala amanatnya, tidak membicarakan segala aib yang ada pada dirinya maka orang yang memandikan itu bersih dari dosa laksana seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya.” Kemudian Rasulullah bersabda lagi,“Akan lebih utama yang memandikan mayat itu adalah kerabatnya, kalau dia bisa, tetapi kalau dia tidak bisa, siapa saja yang dipandang ahlinya, teliti, dan amanat.” (H.R. Ahmad)

Putri hanya bisa mengangguk-angguk. Dalam hati ia mengakui perkataan Surya ada benarnya. Selama ini ia merasa belum berbakti kepada Mamanya dengan benar. Bahkan lebih sering marah jika kehendaknya tidak dituruti. Sementara jika disuruh melakukan sesuatu, tidak lekas dilaksanakan, justru acap kali membantah pula.

Masih terbayang dengan jelas saat-saat pertemuan terakhirnya dengan Mama, sebelum kedua orangtuanya berangkat ke Jakarta. Putri merasa dirinya sangat bodoh, mengapa tidak bisa membaca tanda-tanda lewat pelukan erat yang dilakukan Mamanya.

Baca Juga: Dikuasai Sifat Ananiyah, Tobat Baru Hadir Setelah Badan Tak Berdaya

Padahal sebelumnya tak pernah Mamanya melakukan hal itu. Tapi saat itu ia tak merespon, bahkan malah merasa terganggu karena tengah asyik bermain handphone.

Ada penyesalan mendalam di hati Putri, dan memandikan jenazah Mamanya dirasa bisa sedikit menutupi rasa sedihnya sekalipun tak mungkin bisa membayar penyesalan yang ada.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X