ANANIYAH atau hanya mementingkan diri sendiri banyak dijumpai di sekitar kita. Jika sifat seperti itu dibiarkan saja, bukan saja akan merugikan orang lain, tapi juga bisa menjerumuskan dirinya sendiri ke jurang kenistaan.
Masa kecil Barna (nama samaran) sebenarnya cukup bahagia. Ia tumbuh di tengah keluarga yang tidak kekurangan. Sebagai pengawai negeri sipil, ayah Barna mampu mencukupi semua kebutuhan dasar dalam rumah tangga. Apalagi Barna hanya memiliki satu adik laki-laki, Wirya (nama samaran).
Namun seiring dengan berkembangan usia, Barna merasa dirinya diperlakukan tidak cukup adil oleh orang tuanya. Ia menganggap sang adik, lebih diperhatikan ketimbang dirinya. Hal itu sebenarnya wajar, mengingat Wirya yang selisih lima tahun tentu lebih membutuhkan perhatian orang tua dalam hal perawatan sehari-hari.
Padahal sesungguhnya Barna juga pernah merasakan kasih sayang yang sama seperti halnya adiknya.
Penilaian Barna atas sikap kedua orang tuanya tersebut lebih dikarenakan rasa ego atau ananiyah yang berlebihan. Ia tak mau berbagi dengan adiknya, sehingga sekalipun orang tua sudah mencoba bersikap adil tetap saja dianggap pilih kasih.
Baca Juga: Dibutuhkan Mentalitas Berkelimpahan untuk Keluar dari Masa-masa Sulit Menghadapi Corona
"Bu kenapa kok yang dibelikan mainan cuma adik?" tanya Barna saat tahu adiknya dibelikan mainan.
"Lho, ini kan mainan untuk anak kecil. Dulu kamu juga pernah Ibu belikan seperti ini," jawab sang ibu.
Namun demikian jawaban sang ibu tetap tidak memuaskan hati Barna. Ia merasa iri setiap kali Wirya dibelikan sesuatu, sekalipun ia dulu saat seusia adiknya juga pernah dibelikan.
Rupanya perasaan merasa dibeda-bedakan ini terbawa hingga Barna dewasa. Ia tidak terima Wirya lebih diperhatikan orang tua ketimbang dirinya. Hati Barna rupanya sudah benar-benar dikuasai ananiyah, sehingga lama kelamaan terkiskis rasa kasih sayangnya pada saudara sendiri.
Sifat ananiyah Barna yang suka mementingkan diri sendiri ini sebenarnya disadari betul oleh kedua orang tuanya. Namun mereka tidak berdaya sekalipun sudah berulang kali mengingatkan. Padahal betapa bahayanya sifat ananiyah, jika terus menguasai karakter seseorang seperti halnya Barna.
Baca Juga: BNI Jadikan UGM Kampus Pertama Penerapan Ekosistem Finansial Yang Terintegrasi.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: “Sekiranya kebenaran itu harus mengikuti kemauan hawa nafsu mereka saja tentulah akan binasa langit dan bumi dan mereka yang ada di dalamnya”. (Q.S. Al-Muminun ayat : 71)
Saking cemburunya pada sang adik, Barna lantas rela meninggalkan rumah. Ia memilih untuk merantau demi meraih masa depan sesuai dengan cita-citanya. Orang tuanya tak bisa mencegah, apalagi Wirya, yang selama ini jadi serba salah melihat sikap kakaknya.
***
MESKI Barna pergi dengan memendam rasa tidak senang pada keluarganya, namun sang ibunda tetap mendoakan anak pertamanya itu bisa sukses di tanah rantau. Sedang Barna sendiri sudah bertekad tak akan pulang jika belum meraih apa yang ia cita-citakan. Yakni, menjadi orang sukses dan kaya raya.