Cerita hidayah pengalaman hidup pelaku maksiat 1, diingatkan sang anak yang bisu dan tuli

photo author
- Sabtu, 1 Maret 2025 | 04:10 WIB
Ilustrasi Cerita hidayah pengalaman hidup pelaku maksiat 1, diingatkan sang anaknya yang bisu dan tuli (Sibhe)
Ilustrasi Cerita hidayah pengalaman hidup pelaku maksiat 1, diingatkan sang anaknya yang bisu dan tuli (Sibhe)

HARIAN MERAPI - Bagian pertama cerita hidayah pengalaman hidup pelaku maksiat, diingatkan sang anaknya yang bisu dan tuli.

Bagyo adalah pria berumur 37 tahun yang sudah menikah dan dikaruniai anak. Salah satunya Marwoto yang masih berusia 7 tahun. Allah memberinya kekurangan berupa tuli dan bisu.

Meski demikian, sungguh dia telah disusui keimanan dari air susu wanita yang beriman dan seorang penghafal Al-Quran.

Baca Juga: Ayah yang abai sebagai kepala keluarga karena gila judi berujung hidup berantakan dan anak telantar

Sang istri memang wanita beriman. Bagyo sudah melakukan banyak hal yang dilarang oleh Allah ta’ala dan dosa-dosa besar.

Salat saja jarang dilakukan secara berjamaah kecuali kalau ada acara-acara tertentu saja sebagai bentuk simpati (menarik perhatian) terhadap orang lain.

Teman Bagyo kebanyakan kurang baik dan para pesulap. Mungkin karena itu setan selalu bersamanya dalam banyak waktu.

Suatu malam Bagyo dan Marwoto sedang di rumah. Kala itu, bertepatan salat Maghrib. Bagyo sedang merencanakan pergi bersama teman-teman.

Baca Juga: Gara-gara salah memilih pergaulan, tetap gila judi meski sudah punya pekerjaan mapan di kantor

Namun tiba-tiba anaknya, Marwoto memberi isyarat-isyarat (bahasa tubuh yang hanya mereka mengerti).

Kira-kira isyaratnya kala itu begini: “Wahai bapakku, kenapa engkau tidak salat”? Kemudian dia mulai mengangkat tangannya ke langit dan mengancam ayahnya dengan maksud menunjukkan isarat bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala melihat sang ayah.

Bagyo jadi kaget (terharu) dengan perkataannya dan mulailah Bagyo menangis di depan anaknya. Bagyo berusaha menariknya namun rupanya Marwoto kabur.

Beberapa saat kemudian, Marwoto menuju kran dan mengambil wudhu. Ia lalu salat di depan sang ayah.

 Baca Juga: Merasa dikejar dosa karena pernah membuang bayi hasil hubungan gelap dengan pacar saat masih kuliah

Usai salat dia berdiri dan mengambil mushaf Al-Quran, meletakkannya di depannya dan membolak-balik kertas-kertasnya lalu meletakkan jarinya tepat pada Surat Maryam; artinya: “Wahai bapakku, sesungguhnya aku (Ibrahim) khawatir, bahwa kamu akan ditimpa azab oleh Yang Maha Pengasih, maka kamu menjadi kawan bagi syetan.” (Quran Surat Maryam ayat:45).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X