Kejujuran Membawa Nikmat 15: Antara Mengurus Jenazah Mama dan Merawat Papa

photo author
- Sabtu, 11 September 2021 | 19:57 WIB
Surya dan Putri bingung, karena harus segera memakamkan Mama, namun juga harus menunggu Papa yang berjuang melawan maut.       (Ilustrasi Sibhe)
Surya dan Putri bingung, karena harus segera memakamkan Mama, namun juga harus menunggu Papa yang berjuang melawan maut. (Ilustrasi Sibhe)

MERASA tak percaya melihat tangan Pak Parno bergerak-gerak, Surya pun memegang makin erat jari-jemari ayah angkatnya itu. "Papa..." bisik Surya ke telinga Pak Parno.

Tak ada reaksi dari Parno. Sementara jari-jari Parno juga berhenti bergerak. Putri ikut mendekatkan wajahnya ke telinga ayahnya dan berbisik: "Papa....ini Putri, Pa. Putri sayang sama Papa."

Tetap belum ada reaksi dari Pak Parno, yang masih terdiam dengan mata terpejam. Terlihat tenang wajah Pak Parno, sekalipun sebenarnya kondisi fisiknya sedang menghadapi rasa sakit luar biasa akibat kecelakaan yang baru saja dialami.

Baca Juga: Ternyata Mudah Menyimpan Brokoli, Stroberi, dan Nanas Bisa Awet Hingga 1 Bulan. Ini Tipsnya

Ada kebingungan di hati Surya dan Putri, menghadapi ujian yang tengah dialaminya sekarang ini. Tidak mungkin mereka meninggalkan ayahnya dengan kondisi seperti itu, sementara pemakaman sang Mama juga harus segera dilaksanakan. Surya menilai, sekalipun harus menempuh perjalanan yang jauh, pemakaman tetap harus dilaksanakan secepatnya.

Rasulullah bersabda: "Percepatlah kalian dalam membawa jenazah. Jika jenazah itu baik maka kalian telah mendekatkanya pada kebaikan. Jika jenazah itu jelek, maka kalian telah melepaskan dari pundak kalian." (HR Bukhari)

Digamitnya tangan Putri untuk diajak bicara. "Kita tidak bisa meninggalkan Papa dalam kondisi seperti ini. Bagaimana menurutmu, Putri?"

Baca Juga: Ayudia C Berbagi Pengalaman Lewat Jurnal Berisi 30 Gaya Terbaru

Tidak ada jawaban dari mulut Putri, karena dirinya juga bingung menghadapi masalah pelik itu. Apalagi hatinya masih kalut, sehingga tak bisa berpikir dengan jernih. Hanya air mata yang justru mengalir ke pipi Putri.

"Baiklah, begini saja Putri. Kamu yang mengawal Mama pulang untuk dimakamkan. Sementara Kakak menunggu Papa di sini. Barangkali nanti ada apa-apa, biar Kakak yang menangani."
"Tapi Putri tak tahu apa-apa soal pemakaman, Kak."

"Serahkan saya pada saudara-saudara kita dan warga di sana pasti juga sudah ada yang mengurus. Sebenarnya Kakak juga ingin melepas kepergian Mama, tapi Kakak harus menjaga Papa di sini."

Baca Juga: Nenek Menggendong Kayu Tiba-Tiba Menghilang Tak Berbekas

Dengan berat hati, akhirnya Putri menerima keputusan kakaknya. Ada rasa takut juga menghadapi kenyataan ini, karena harus mengurus jenazah sang Mama sendirian. Apalagi usianya masih terbilang belia, sehingga rasanya ujian itu terasa sangat berat untuknya. Tapi itu harus dihadapi dan sekarang harus mengambil keputusan untuk segera dijalankan. (Bersambung)

 

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X