Menyingkap Perjalanan Batin Ida Bagus Putu Purwa di Pameran Tunggal 'Lepas Kala'

photo author
- Jumat, 26 Januari 2024 | 09:00 WIB
Perupa asal Sanur Bali, Ida Bagus Putu Purwa menggelar pameran tunggal 'Lepas Kala' di Museum Sonoboyo Yogyakarta pada 25-31 Januari 2024.  (Foto: Sutriono)
Perupa asal Sanur Bali, Ida Bagus Putu Purwa menggelar pameran tunggal 'Lepas Kala' di Museum Sonoboyo Yogyakarta pada 25-31 Januari 2024. (Foto: Sutriono)

HARIAN MERAPI - Ida Bagus Putu Purwa sempat mengalami titik terendah dalam hidupnya. Masa-masa berat itu terjadi antara tahun 1998 hingga 2005.

Ida Bagus Putu Purwa merasa berada di jalan buntu. Apalagi ketika mengetahui anaknya menyandang autis. Pergulatan batin terjadi. Hingga ia menyadari satu hal. Anak bukan beban, tetap anugerah.

Tak ayal dalam fase tersebut, lukisan-lukisannya identik banyak tegangan, teriakan, jeritan, koyakan, yang menggambarkan suasana hitam batinnya. Fase di mana karyanya lebih dihiasi objek laki-laki, yang belakangan diketahui adalah cerminan dirinya sendiri.

Baca Juga: Timnas Indonesia Ukir Sejarah, Lolos Babak 16 Besar Piala Asia 2023

"Karakter saat itu menggambarkan diri saya, namun seiring waktu saya bisa menerima keadaan," kata Gus Purwa, perupa asal Sanur Bali di sela pembukaan pameran tunggalnya bertajuk 'Lepas Kala' di Museum Sonoboyo Yogyakarta, Kamis (26/1/2024).

Gus Purwa merasa beruntung bisa kembali melukis untuk melepaskan tekanan tersebut. Padahal ia sempat memutuskan untuk meninggalkannya dan fokus kerja kantoran sebagai desainer perusahaan di Bali.

"Berkarya seni yang bertumpu pada kondisi berat penuh tekanan akan melahirkan karya-karya yang menggetarkan," ujar Gus Purwa.

Baca Juga: Jika presiden kampanye, Ketua KPU : Dia ajukan cuti ke dirinya sendiri

Pergolakan batin Gus Purwa tidak berhenti di situ. Ia diminta menggantikan ayahnya sebagai Walaka Griya, semacam pemangku upacara adat bagai masyarakat Bali. Tuaji Purwa sempat menolak dengan keras. Tahun 2015-2018 adalah fase ia melakukan instrospeksi, berdamai dengan hati. Hingga 209, ia menerima tugas tersebut dengan ikhlas, dan menjadikan Walaka Griya termuda.

"Dari situlah saya justru mendapat sisi positif, karena saya yakin semua sudah ada yang mengatur. Saya berusaha menjalankan dua tugas itu secara harmoni," kata Gus Purwa.

Kurator Suwarno Wisetrotomo dalam pameran ini mengungkapkan, perjalanan Gus Purwa dalam atmosfer 'Lepas Kala' kini dalam ruang 'pasca kala', setelah terbebas dari jerat lepas, dan lukisan-lukisannya kian berwarna.

Baca Juga: Polsek Tegalrejo Yogyakarta Amankan Kakek-kakek Pesepeda yang Suka Menendang Pengendara Sepeda Motor, Video Aksinya Sempat Viral

Suwarno menyebut pameran tunggal Gus Purwa ini merupakan trajektori ringkas proses kreatif kepelukisannya di sekitar ketika dirinya berada dalam situasi chaotic yang dihayati dan dieksplorasi: tubuh sebagai metafora, tubuh yang menggeliat, meregang, tangan yang mendekap atau meraih, wajah tegang.

“Ini sekaligus menjadi kanal pelepasan dari situasi disorder menjadi order; kemuraman yang diledakkan menjadi visual yang teatrikal; melepaskan diri dari jerat –tali dan waktu,” ujar dosen ISI Yogyakarta itu.

Maria Novia Riatno dari NR Management mengungkapkan, pameran tunggal 'Lepas Kala' menjadi panggung intim di mana Gus Purwa menyampaikan ide, emosi, pemikiran melalui karya-karya yang menjadi saluran langsung berinteraksi dengan jiwa para penikmat seni.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X