Pentas Seni Selasa Wagen 2025 resmi ditutup: Semangat berkarya tak pernah padam

photo author
- Rabu, 15 Oktober 2025 | 18:00 WIB
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi saat membuka acara (Dinas Kebudayaan DIY)
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi saat membuka acara (Dinas Kebudayaan DIY)

HARIAN MERAPI - Rangkaian Pentas Seni Kelurahan/Kalurahan Budaya Selasa Wagen tahun 2025 resmi ditutup oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY di Teras Malioboro 1, Yogyakarta, Selasa (14/10/2025). Kegiatan yang digelar dengan dukungan Dana Keistimewaan (Danais) DIY ini menghadirkan sepuluh kalurahan budaya dari empat kabupaten di DIY.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., membuka acara secara resmi.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa pementasan ini menjadi segmen terakhir tahun
2025 dan akan dilanjutkan kembali pada 2026.

“Segmen terakhir ini mengusung tema Makarti, yang berarti ‘berkarya’. Tema ini dimaknai
bahwa meskipun rangkaian tahun ini berakhir, semangat berkarya tidak akan pernah berhenti.
Kami akan terus menjaga, mengembangkan, dan melestarikan aktivitas budaya di setiap
kalurahan,” ujar Dian.

Baca Juga: Bupati Sukoharjo ajak masyarakat kembali ke SDN

Sepuluh kalurahan yang tampil berasal dari Kabupaten Bantul (Srimulyo, Sabdodadi, Triwidadi,
dan Panggungharjo), Kulon Progo (Kalirejo, Jatimulyo), Gunungkidul (Jerukwudel, Giring), serta
Sleman (Widodomartani, Sidoluhur).

Beragam karya seni tampil memeriahkan panggung, mulai dari tari Gandewa Kencana dari
Kalurahan Srimulyo yang menggambarkan semangat dan napas budaya masyarakat setempat,

hingga opera Jawa Maling Genthiri dari Kalurahan Giring yang mengisahkan perjuangan rakyat
kecil melawan penjajahan VOC. Kisah Genthiri menjadi simbol keberanian rakyat melawan
penindasan.

Pementasan juga menampilkan Jathilan Diponegaran Dharmaning Satriya Lelabuh Nagara dari
Kalurahan Panggungharjo, yang terinspirasi dari perjuangan Pangeran Diponegoro. Disusul tari
Puspa Rinengga dari Kalurahan Widodomartani yang menggambarkan proses membatik, sarat
dengan makna kesabaran dan ketelatenan.

Baca Juga: Habiburokhman menilai wajar MBG bermasalah sebab seperti hajatan tiap hari, ada saja masalah

Dari Kalurahan Jerukwudel tampil tari kreasi Grama Kanya yang menggambarkan kekuatan dan
solidaritas perempuan dalam membangun kemandirian. Sementara itu, kalurahan lain
menghadirkan permainan tradisional Tumbu Aling-aling (Triwidadi),

dramatari Merti Ngobong Genteng (Sidoluhur), Jathilan Langen Turonggo Jati (Kalirejo), Sendratari Pisungsung (Sabdodadi), dan Angguk Sigrak Jingkrak (Jatimulyo).

Perwakilan Tim Monitoring dan Evaluasi Desa Budaya, RM Donny Surya Megananda, menyebut
pementasan ini menjadi salah satu bentuk nyata pelestarian budaya meski kegiatan dan
anggaran tahun 2025 terbatas.

“Kami tetap berupaya aktif menggali potensi yang dimiliki setiap kalurahan budaya.
Harapannya, tahun-tahun mendatang berbagai potensi seperti kesenian, bahasa, sastra,
kuliner, pengobatan tradisional, hingga situs budaya dapat terus berkembang,” ujarnya.

Baca Juga: Kesehatan dan ketenangan jiwa dalam Al-Quran

Sementara itu, Agus Suwarto, S.Sos., Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lembaga Budaya
Dinas Kebudayaan DIY, menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2025, Pentas Seni Selasa Wagen
telah digelar sebanyak lima kali sejak Mei hingga Oktober.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X