Dongengan dari Sestra Ageng Adidarma Penuh Ajaran Khas Pendidikan Karakter Kepakualaman

photo author
- Senin, 27 Oktober 2025 | 21:10 WIB
Suasana Dialog Budaya Dr. Sri Ratba Saktimulya menyampaikan paparannya.  (Teguh Priyono)
Suasana Dialog Budaya Dr. Sri Ratba Saktimulya menyampaikan paparannya. (Teguh Priyono)

HARIAN MERAPI - Sestra Ageng Adidarma yang tersimpan di Perpustakaan Widyapustaka Kadipaten Pakualaman, merupakan naskah yang populer.

Artinya mendapat sambutan dalam penyalinan teks yang salah satu salinannya hingga saat ini tersimpan di Leiden Belanda dengan kode koleksi Or. 6388 dengan judul Adidumastra.

Hal itu diungkap Dr. Rahmat, S S., M.A dalam Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon bertajuk Manuskrip Sestra Ageng Adidarma, Jumat (24/10/2025) malam di Kagungan Dalem Kepatihan Kadipaten Pakualanan Jalan Masjid No. 5 Yogyakarta.

Baca Juga: Bergerak Bersama untuk Keberlanjutan: IFG Sinergi Karsa Hadirkan Aksi Nyata ESG di Marunda

Menurut Rahmat, Sestra Ageng Adidarma berisi di antaranya nasehat untuk generasi muda ajar senantiasa belajar, tentang gelar perang, mengenai Pandawa Lima, Asthabrata, sifat raja dan punggawa, perlambang mengenai manusia dan sejumlah teks dongeng.

"Dalam teks dongeng berisi pembelajaran tentang unggah ungguh, budi pekerti dan pengenalan karakter baik dan buruk", tutur pemilik nama paringan Dalem Mas Wedana Widyohandoyo.

Dijelaskan juga, ada 26 lebih dongeng dalam Sestra Ageng Adidarma antara lain Adigang Adigung Adiguna, Raja Wisana, Jodholan, Tikus lan Gajah Totohan, Lemut lan Gajah Dhelikan, Watak Dhasar Kucing, Cantrik lan Manuk Prenjak, Peksi Bayan, Patih Brihaban, Randha Kasiyan, Prabangkara, Wong Ngemis Lenga, Kemit Papat lan Raja Prayitna, Lare Menjete, Beton Papat Gosong Kabeh, Panji Brangta Irawan, Wesi Pinangan Rayap, Raja Ngadil Suryaning Alam, Dhayoh Sarwa Nyilih, Wong Wayuh, Ki Maradiwangsa, Ki Jajerih, serial kisah Kancil Jenang dodol, Sabuk Raja, Slompret Pusaka, Nyolong Timun, Nawu Kali, Wiradhamurka, Nyabrang Kali, Kangjeng Ktai Pao-pao, Bedhek Cangkriman, Balapan Mlayu, Kecemplung Sumur, Kancil Mati, Ki Maratruna, Dhalang Jagur dan Ajidipa.

"Teks dongeng dari skriptorium Pakualaman menyajikan kisah yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Secara materi teks menceritakan oposisi biner, artinya ada kebaikan maupun keburukan," tandas Rahmat.

Baca Juga: Di Balik Bayang-bayang Praktik Penipuan Berkedok Umrah Mandiri, Ada Jeratan Bui bagi Pelaku Korupsi Duit Setoran Jemaah

Satu hal yang menjadi keunikan teks dongeng skriptorium Pakualaman adanya liding dongeng hal ini dimaksudkan oleh leluhur Pakualaman agar pembaca dapat mengambil hikmah dari inti sari ceritera.

Hadir juga dalam Dialog Budaya yang dimoderatori K.M.T Reksoprabowo ini Filolog Dr. Sri Ratna Saktimulya yang mengupas terkait Larad, Akar Perbuatan Buruk Manusia dalam Perspektif Sestra Ageng Adidarma.

Menurut pemilik nama paringan Dalem Nyi Mas Tumenggung Sestrorukmi yang juga Pustakawati Perpustakaan Widyapustaka Pakualaman ini, Sestra Ageng Adidarma merupakan teks yang memiliki genre piwulang memuat ajakan untuk introspeksi diri sehubungan dengan kebiasaan membaca, anjuran agar hendaknya nasehat dapat dipahami dirasakan dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Insiden Viral Pengeroyokan TKA Hingga Tewas Bikin Cemas Pekerja di Morowali, Jadi Pengingat Pentingnya Komunikasi dan Sikap Saling Menghormati

"Selain itu dalam teks juga ada paparan berbagai gelar perang, sifat dan sikap raja-raja, punggawa serta perempuan ideal, watak baik dan buruk serta bermacam dongeng," urai Saktimulya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X