Jagongan Wagen Episode 151 Komunitas Sakatoya Siap Hadirkan Pertunjukan Teater 'Mangiring', Simak jadwalnya

photo author
- Rabu, 22 November 2023 | 13:30 WIB
Poster Jagongan Wagen Komunitas Sakatoya pentaskan Teater Mangirin.  (Dok Panitia)
Poster Jagongan Wagen Komunitas Sakatoya pentaskan Teater Mangirin. (Dok Panitia)

HARIAN MERAPI - Upaya membuka ruang negosiasi adat istiadat Batak melalui karya teater bertajuk Mangiring, Komunitas Sakatoya melakukan pendekatan terhadap kemapanan adat istiadat dalam kompromi berkarya.

Karya Komunitas Sakatoya ini akan dipentaskan secara perdana pada flatform pertunjukan Jagongan Wagen Sabtu (25/11/2023) malam.

Pentas Komunitas Sakatoya digelar di Gedung Dipobegoro Pusat Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Kembaran, Tamantirto, Kasihan Bantul.

Baca Juga: Ditemukan mayat perempuan dicor semen, polisi Blitar masih selidiki

Karya terbaru Komunitas Sakatoya mencoba angkat isu tentang adat istiadat suku Batak terkait dengan Mangiring yang disutradari Miftahul Maghfira Simanjuntak.

Sedang sejumlah pemeran Ninda Fillasputri sebagai Sondang, Biola Alexsandra berperan Lamtiur, Domu dimainkan oleh Kevin Abani dan Eskhana Carmelia Sibarani berperan sebagai Uli.

"Mangiring sendiri adalah nama corak ulos kain tenun khas suku Batak yang memiliki makna kesehatan dan keselamatan bagi keturunan keluarga suku Batak," urai Miftahul.

Menurut dia, ulos Mangiring biasanya diberikan oleh mertua kepada menantu perempuan dengan harapan agar kelak akan lahir keturunan keluarga yang sehat dan selamat.

Baca Juga: Kepergok curi cabai di Sleman, 2 warga Klaten dihajar, polisi jerat tipiring, ini kasusnya

"Namun ketika keluarga Domu dan Lamtiur tidak memiliki anak laki-laki, maka ulos Mangiring pun menimbulkan masalah dan pertikaian yang menjadi inti cerita ini," papar dia.

Masyarakat suku Batak termasuk suku yang memegang teguh sistem kekerabatan dari jalur laki-laki atau patrealistik.

Jika keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka dianggap tidak dapat meneruskan marga sebagai silsilah keluarga Sang Ayah.

Adat istiadat akan sangat terlihat dalam penyebutan anak dalam keluarga Batak. Jika keluarga punga anak lima, dua laki laki dan tiga perempuan.

Baca Juga: Jenderal Agus Subiyanto dilantik sebagai Panglima TNI, begini janjinya

"Maka yang disebut anak itu dua laki-laki sedangkan tiga perempuan disebut Boru," urai Miftahul.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X