HARIAN MERAPI - Pameran tunggal Matayani, seniman lulusan ISI Yogyakarta ini sarat akan makna.
Hal ini bermula Yani, sapaannya akan mengikuti pameran di tahun 2018 dan gagal karena lukisannya disayat oleh sang pujaan hati hingga perjuangannya dapat membuka pameran tunggal Matayani.
Berikut perjalanan Pameran Tunggal Matayani dari lukisan yang disayat oleh sang pujaan hati hingga saat ini dapat menggelar Pameran Tunggal Matayani.
Pameran ini dibuka pada Rabu (24/5/2023) sore di Ruang Dalam Arthouse, Jalan Kebayan, Gang Sawo No.5, Jeblog, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Seniman kelahiran Sumatera Barat pada Oktober 1994, Oktaviyani mengatakan bahwa pamerannya ini paling banyak menggambar objek perempuan dengan warna yang berbeda antara kiri dan kanan.
"Saya ingin menggambarkan dunia yang berbeda, antara dunia mimpi dan dunia nyata. mana yang realistik, mana yang surealistik," ujarnya Rabu (24/5/2023).
Lebih lanjut ia menceritakan di salah satu lukisannya, perempuan yang lahir pada Oktober 28 tahun silam ini menghadirkan sosok imajinasinya bernama Arabella.
Pantauan harianmerapi.com, terlihat dalam lukisan tersebut sosok perempuan bergaun putih dengan pose terdiam dengan mata yang terbuka lebar dan tatapan dingin.
Arabella digambarkan dengan lukisan yang berusaha tersenyum meskipun tampak ada luka kecil di hidung dengan kedua tangan yang mendekap jantung berwarna merah menyala.
Yani pun menceritakan makna dari kata Matayani dalam pameran tunggalnya.
Baca Juga: 5 Makanan Tradisional Yogya Ini Masuk Warisan Budaya Tak Benda, Apa Saja?
"Matayani ini diambil dari sebuah diksi, mata-mata Yani, harapan untuk mitayani atau dapat dipercaya," ucapnya.