harianmerapi.com – Kisah KKN di Desa Penari mulai mendekati klimaks jelang hari-hari terakhir KKN mereka.
KKN di Desa Penari mengungkap berbagai keganjilan yang dihadapi 6 mahasiswa, keganjilan yang semakin sering, sepanjang hari mereka tinggal di desa itu.
Nur, salah satu tokoh sentral kisah KKN di Desa Penari, menyampaikan pengalamannya kepada Simple Man, pemilik akun Twitter @SimpleM81379523, yang diunggah tahun 2019, dan viral.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Nur Story) Bagian 16: Di Mana Kawaturih untuk Widya!
Harian Merapi mencoba menyajikan cerita asli KKN di Desa Penari Nur Story atau versi Nur, dengan melansir thread akun Twitter Simple Man @SimpleM81379523.
KKN di Desa Penari (Nur Story) Bagian 17 : Bima dan Ayu di Tapak Tilas.
“Nang ndi seh nggon iku, kok aku gak eroh, awakmu iso ngeterno aku gak (Di mana tempat itu, aku tidak tahu, kamu bisa antar aku tidak),” kata Nur kepada Anton.
“Lha matamu, gendeng’a wong Pak Prabu ae ilingke ojok sampe melbu kunu, iku kunu langsung alas (Lha matamu, gila apa, Pak Prabu saja mengingatkan jangan sampai masuk ke sana, itu langsung menuju hutan).”
Baca Juga: Taklukkan Juventus 4-2, Inter Milan Juara Coppa Italia 2021/2022
Tapi, Nur bersikeras untuk ke sana, ia meminta tolong Anton untuk mengantar, dengan alasan jika tahu, kelak akan dihindari.
Anton setuju, ia memberitahu letak Tapak Tilas berada, yang ternyata adalah lereng bukit dengan satu jalan setapak ke atas.
Di sampingnya memang ada kebun ubi, tempat Bima dan Ayu melaksanakan proker, tapi sore itu, 2 anak itu tidak ada di sana, entah ke mana.
Setelah selesai memberitahu, Anton mengajak Nur pergi dari jalan menuju Tapak Tilas, tapi Nur mengatakan bahwa ia ada janji bertemu Pak Prabu, dan harus berpisah di sini.
Baca Juga: Jangan Cemas, Penyakit Hepatitis Akut Tidak Berpeluang jadi Pandemi