SATU bulan lebih lima hari setelah pernyataannya untuk melamar Santi diungkapkan, Surya merasa sudah cukup untuk memberi waktu. Maka dipanggilnya kembali Santi secara pribadi di ruang kerjanya.
"Sudah satu bulan lebih, mestinya Santi sudah punya jawaban. Aku sudah siap menerima apapun jawabanmu, Santi," kata Surya.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Santi tidak merasa gugup lagi, karena memang sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi hal ini. Ia juga bicara dengan nada tegas, sebagaimana ia tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat bekerja.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 1: Rumah Tangga Baru yang Sepi
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 2: Cemburu Itu Bunga-bunganya Cinta
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 3: Pertimbangan Mengadopsi Anak untuk Pancingan
"Santi sudah pertimbangkan dengan matang. Setelah mohon pertunjuk dari Allah dan doa restu dari ibu, Santi bersedia menerima pinangan Bapak."
Plong rasanya hati Surya mendapat jawaban yang lugas dari perempuan yang sudah lama ia dambakan menjadi istrinya.
"Alhamdulillah, segera akan aku persiapkan untuk melamarmu secara resmi."
Dan tidak membutuhkan waktu lama, Surya segera melakukan langkah-langkah untuk menggelar acara pernikahannya dengan Santi. Ia minta pada kakaknya, Giman, untuk menjadi wakil dalam acara lamaran. Surya tak mungkin meminta ayahnya, Pak Karto, karena faktor usia. Ayah kandungnya itu sudah sakit-sakitan dan kemana-mana harus menggunakan kursi roda.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 4: Mengadopsi Anak Saudara yang Kesulitan Ekonomi
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 5: Meneladani Rasulullah dalam Mendidik Anak
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 6: Istri Menunjukkan Tanda-tanda Hamil, Suami yang Stress
Acara lamaran pun berjalan dengan lancar. Giman tidak seperti dulu lagi yang suka mabuk-mabukan dan bertindak semaunya. Sejak diajak bekerja di tempat usaha Surya, sikap dan mentalnya berubah total. Lingkungan di tempat kerja yang membutuhkan kedisiplinan, rupanya turut menempa mental Giman.
Dengan fasih Giman menyampaikan amanat sebagai duta Surya untuk meminang Santi. Surya sendiri merasa kagum dan sepertinya tidak percaya dengan tata bahasa halus yang diungkapkan kakaknya itu.
Setelah formalitas acara lamaran, maka dilanjutkan dengan rencana menggelar pernikahan dan resepsi. Untuk semua hal ini, Surya tidak ingin mengambil tindakan sendiri. Ia selalu berdiskusi dengan Santi, serta minta pertimbangan pula dengan Bu Karto maupun Bu Rusti.