MESKI sesungguhnya menjadi pewaris dari harta peninggalan orang tuanya, Yani sebenarnya tidak ingin menguasainya sendiri. Ia merasa bahwa semua harta yang ada sekarang ini juga menjadi milik suaminya, Purbo. Bahkan juga madunya, Darti.
Karena itu, Yani sebagai istri pertama sudah berniat kelak akan membagi semua harta yang ada secara adil kepada semua anak-anak sesuai dengan hukum agama.
Hal itu pernah ia sampaikan secara lisan kepada Purbo, meski belum secara tertulis karena merasa anak-anak masih kecil dan ia sendiri juga terhitung masih muda.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 1: Suka Berdandan dan Berganti-ganti Pacar
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 2: Mencari Istri dengan Pertimbangan Harta
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 3: Baik Buruk Selalu Jadi Gunjingan
Namun yang namanya rencana ternyata tinggal rencana. Kehidupan tenang keluarga Purbo tiba-tiba dikejutkan dengan peristiwa yang di luar dugaan.
Suatu pagi Yani merasa badannya meriang. Awalnya dianggap sakit panas biasa, namun dengan cepat seluruh badannya terasa sakit dan pegal-pegal.
Purbo pun membawa istrinya itu ke Puskesamas. Dari pemeriksaan awal, diketahui Yani terkena leptospirosis, bakteri berbahaya yang sangat mematikan. Dari Puskesmas Yani dirujuk ke rumah sakit di kota, agar mendapat perawatan lebih baik.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 4: Merasakan Hidup Jadi Orang Kaya
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 5: Ternyata Ada Wanita Lain
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 6: Mantan Pacar Hamil Minta Tanggung Jawab
Dua hari Yani mendapat perawatan dan mencoba bertahan dari rasa sakit luar biasa. Namun takdir sudah menentukan, Yani harus menghadap Sang Khaliq.
Ia tak sempat meninggalkan pesan kepada dua anaknya yang masih kecil-kecil, Sumi usia 10 tahun dan Dodo usia 8 tahun.
Hanya kepada Purbo ia sempat berkata, jika Allah SWT memanggil dirinya, suaminya diminta untuk membesarkan dua anaknya dengan baik, sama seperti ia membesarkan tiga anak dari Darti.