Mensyukuri Nikmat 20: Istri Pertama Pilih Mengalah

photo author
- Senin, 11 Oktober 2021 | 20:00 WIB
Purbo membujuk Yani agar bersedia menerima Darti tinggal serumah. (Ilustrasi Sibhe)
Purbo membujuk Yani agar bersedia menerima Darti tinggal serumah. (Ilustrasi Sibhe)

KEPUTUSAN Purbo untuk memboyong Darti tinggal dalam satu rumah, tentu membuat Yani terkejut. Ia tak menyangka suaminya setega itu memperlakukan dirinya.

Padahal, nasib dan hidup Purbo sangat bergantung pada dirinya. Suaminya itu tak memiliki pekerjaan tetap, kecuali meneruskan pekerjaan Pak Warjo mengurus sawah dan ternak yang sangat banyak.

"Keputusanmu itu sudah dipikir masak-masak, Mas?' tanya Yani.
"Tentu saja sudah Dik. Semua ini juga Mas lakukan demi kebaikan Dik Yani juga."

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 1: Suka Berdandan dan Berganti-ganti Pacar

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 2: Mencari Istri dengan Pertimbangan Harta

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 3: Baik Buruk Selalu Jadi Gunjingan

"Demi kebaikanku? Dari mana aku mendapat kebaikan jika harus tinggal serumah dengan maduku sendiri?" tanya Yani dengan nada meninggi.

Purbo menyadari Yani sedang emosi menerima usulannya. Namun ia tahu betul dengan watak istri pertamanya itu, yang pasti akhirnya akan luluh juga jika terus didesak.

"Dik, tidak mungkin Mas harus membagi waktu kesana-kemari ngurusi dua istri. Dengan kita tinggal dalam satu rumah, Mas tidak perlu lagi pergi ke rumah Darti. Mas janji, Dik Yani tetap menjadi istri pertama yang harus selalu diutamakan. Apalagi Mas ini kan statusnya hanya numpang di rumah Dik Yani," kata Purbo.

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 4: Merasakan Hidup Jadi Orang Kaya

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 5: Ternyata Ada Wanita Lain

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 6: Mantan Pacar Hamil Minta Tanggung Jawab

Meski berat hati, Yani akhirnya mengalah menerima juga keputusan Purbo untuk memboyong Darti tinggal serumah. Satu sisi Yani masih terluka hatinya, harus membagi cinta dengan orang lain, Dan kini harus tinggal serumah pula.

Namun di sisi lain, sebagai sesama perempuan Yani merasa kasihan juga jika Darti harus telantar mengingat saat ini ia tengah menanti kelahiran anaknya.

"Baiklah, silakan Mas membawa Darti ke sini. Tapi ingat janji Mas, jangan sampai dia justru lebih berkuasa di sini," kata Yani.
"Sudah tentu, mana mungkin Mas ingkar janji," rayu Purbo.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X