MENDEKATI masa kelahiran anak Darti, Purbo dibuat sibuk harus membagi waktu. Dengan alasan adanya anjuran bahwa suami harus sesalu siaga menjaga istrinya saat mengandung, maka Darti sebagai istri kedua memanfaatkannya dengan selalu memaksa Purbo lebih banyak mendampingi diri.
Di sisi lain, Purbo dibuat bingung lantaran juga harus mendampingi Yani, yang sekarang tidak punya orang tua lagi. Tak mungkin Purbo meninggalkan Yani di rumah yang begitu besar, sementara banyak pula pekerjaan yang harus diselesaikan.
Yani memang sudah bisa melupakan masa-masa dukanya ditinggal kedua orang tua. Ia berusaha hidup normal dengan menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan yang memang sangat banyak, sebagaimana yang ditinggalkan ayahnya.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 1: Suka Berdandan dan Berganti-ganti Pacar
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 2: Mencari Istri dengan Pertimbangan Harta
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 3: Baik Buruk Selalu Jadi Gunjingan
Awalnya memang berat, namun lama-lama sudah menjadi kebiasaan bagi Yani. Keterpaksaan membuat Yani akhirnya bisa mandiri.
Meski begitu, Purbo tetap tidak tega meninggalkan Yani terlalu lama. Hal ini pun dimanfaatkan Darti untuk melancarkan jurus rayuan seperti yang ia rencanakan jauh sebelumnya.
"Mas, aku kasihan lho lihat sampeyan wira-wiri kesana-kemari," kata Darti.
"Ah nggak apa-apa. Ini sudah tanggung jawab aku sebagai suami."
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 4: Merasakan Hidup Jadi Orang Kaya
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 5: Ternyata Ada Wanita Lain
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 6: Mantan Pacar Hamil Minta Tanggung Jawab
"Tapi kita tidak bisa begini selamanya. Bagaimana nanti kalau anak kita sudah lahir? Masak masih mau ditinggal-tinggal sama Bapaknya?" sindir Darti.
"Terus maumu bagaimana?"
"Ya mauku Mas Purbo tidak pergi-pergi lagi."
"Nggak mungkinlah, terus Yani bagaimana?"
"Eh, aku punya usul Mas. Daripada Mas dibuat pusing, sudahlah aku saja yang ngalah tinggal di rumah Yani. Jadi kita bisa ngumpul terus," kata Yani.