hidayah

Kejujuran Membawa Nikmat 16: Menggunjing Orang Meninggal

Minggu, 12 September 2021 | 05:00 WIB
Bu Karto menghardik Giman yang menggunjing almarhum Bu Dina. (Ilustrasi Sibhe)

KABAR meninggalnya Mama Dina dan sakitnya Pak Parno yang parah, sudah tersebar ke seluruh saudara dan tetangga. Termasuk Bu Karto, yang ikut merasa terpukul menerima kabar duka itu.

Selain masih ada hubungan saudara, Mama Dina selama ini sudah sangat berjasa bagi keluarganya, terutama dengan keputusan mengangkat Surya sebagai anaknya.

"Duh, bagaimana dengan Surya dan Putri. Mereka masih membutuhkan bimbingan dari orang tuanya. Semoga Ibu Dina meninggal husnul khatimah. Dan semoga Pak Parno segera diberi kesembuhan," batin Bu Karto ketika menerima kabar tentang musibah yang dialami keluarga Pak Parno.

Baca Juga: Menggoreng Ayam Tepung Agar Crispy di Luar tapi Lembut di Dalam? Ini Kiatnya

Tiba-tiba lamunan Bu Karto dibuyarkan kehadiran Giman, anaknya yang juga kakak kandung Surya.

"Bu kapan kita melayat ke rumah Surya," kata Giman.
"Ya secepatnya. Kalau kamu bisa, tolong antar Ibu melayat sekarang."
"Tapi apa jenazahnya sudah sampai rumah?"

"Kita tidak perlu menunggu kedatangan jenazah Ibu Dina sampai rumah. banyak pekerjaan yang bisa kita dilakukan. Kita harus membantu mereka, karena selama ini mereka juga sudah banyak membantu kita."
"Bukannya yang dibantu Surya, saya nggak merasa dibantu kok."

"Huuss, jangan bicara seperti itu. Tidak enak didengar."
"Kenyataannya kan seperti itu. Mana Bu Dina membantu saya. Menengok anak saya ketika sakit saja tidak mau," kata Giman dengan ketus.

Baca Juga: Ayudia C Berbagi Pengalaman Lewat Jurnal Berisi 30 Gaya Terbaru

"Masya Allah, kenapa kamu jadi seperti itu Giman. Nyebut ya, nak. Jangan menggunjing apalagi mencaci maki orang yang sudah meninggal, karena itu dilarang dalam agama."

"Janganlah kalian memaki-maki orang yang sudah mati karena mereka sudah sampai kepada apa yang mereka telah sediakan." (HR. Al Bukhari)

"Saya tidak mencaci Bu, tapi ngomong apa adanya."
"Sama saja tidak boleh. Kalau bisa bicara saja yang baik-baik."
"Apa yang mau dibicarakan, wong tidak ada kebaikan yang saya dapatkan."
"Kalau begitu diam saja. Sudah, ayo sekarang jadi tidak melayat. Kalau tidak mau Ibu mau berangkat sendiri."

Baca Juga: Nenek Menggendong Kayu Tiba-Tiba Menghilang Tak Berbekas

"Iya, nanti Ibu saya antar. Siapa tahu nanti ada pembagian warisan, saya kan bisa kebagian."
"Makin nglantur saja omonganmu. Kamu tidak tahu apa, Pak Parno masih hidup, jangan sekali-keli ngomong masalah warisan. Kalaupun ada, kamu juga tidak akan dapat bagian karena itu memang bukan hakmu."

"Nggak apa-apa bukan hak saya, tapi Surya pasti dapat. Saya pokoknya akan minta nanti."
"Sudahlah, Ibu melayat sendiri saja. nanti kamu di sana ngomong nglantur, malah bikin malu saja." (Bersambung)



Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB