harianmerapi.com - Islam mengajarkan etika dalam berniaga yakni sebuah kejujuran dalam berniaga. Kejujuran akan berdampak positif pada kehidupan di dunia dan akhirat kelak.
Sebaliknya, tidak dipegangnya etika berniaga yakni ketidakjujuran akan berdampak negatif tidak hanya di kehidupan dunia tetapi juga di kehidupan akhirat.
Telah banyak bukti nyata dari masa ke masa, tidak dipegangnya kejujuran dalam berniaga berakhir buruk di kehidupan, kebangkrutan dan tercorengnya nama.
Baca Juga: 3 Doa Mustajab di Pagi Hari, Dikabulkan untuk mendatangkan Rezeki
Nama orang yang tidak jujur dalam berniaga selalu disebut-sebut buruk. Jika masih hidup orang tersebut masyarakat selalu mewaspadai, mencurigai.
Sedangkan jika sudah mati selalu menyebut keburukan, bahkan jadi contoh tindakan keburukan. Apakah mau kita dicatat sebagai manusia yang tidak taat etika dalam berniaga?
Ajaran Islam untuk berniaga dengan kejujuran itu ada di Alquran dalam surat Al Isra ayat 35.
وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا۟ بِٱلْقِسْطَاسِ ٱلْمُسْتَقِيمِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Wa auful-kaila iżā kiltum wazinụ bil-qisṭāsil-mustaqīm, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlā
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Baca Juga: 10 Manfaat Shalawat Kepada Nabi Muhammad, di antaranya Dapat Mencukupi Kepentingan Duniawi
Tafsir as-Sa'di yang ditulis Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H, berpandangan ayat di atas adalah perintah untuk berlaku adil dan menyempurnakan takaran dan timbangan-timbangan dengan adil tanpa memangkas ataupun menguranginya.
Dari konteks umum ayat di atas dapat diambil faedah, adanya larangan dari berbagai bentuk penipuan dalam masalah harga, barang dan obyek yang sudah disepakati, dan (kandungan) perintah untuk tulus dan jujur dalam bermuamalah.