Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

photo author
- Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB
Jamaah menghadiri NgaSSo (Ngaji Sabtu Sore) di Rumah Limasan Alamo Homestay Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Sabtu (18/10/2025).  (Foto: Dok. Istimewa)
Jamaah menghadiri NgaSSo (Ngaji Sabtu Sore) di Rumah Limasan Alamo Homestay Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Sabtu (18/10/2025). (Foto: Dok. Istimewa)

HARIAN MERAPI - Kajian rutin NgaSSo (Ngaji Sabtu Sore) kembali diselenggarakan di Rumah Limasan Alamo Homestay Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Sabtu (18/10/2025).

Kali ini tetap bersama Ustadz Eko Priyatno, S.Pd.I dengan tema 'Bani Israil dan Anak Sapi Emas - Siapa yang Kita Sembah Hari Ini?'.

Ustadz Eko membuka pengajian dengan QS. Al-Baqarah [2]: 51 yang dikutip dari Tafsir Al-Ibrîz karya KH Bisri Mustofa.

Baca Juga: Maulid Nabi dan Kisah Sultonah

Nalika Nabi Musa lunga kanggo nampa dawuhe Gusti, wong-wong Bani Israil nggawe arca anak sapi saka emas, banjur padha nyembah arca mau,” katanya.

KH Bisri menulis bahwa kesalahan Bani Israil bukan sekadar membuat patung, tetapi menggantungkan hati pada benda yang berkilau.

Mereka lupa kepada Tuhan yang memberi nikmat, dan memilih menyembah ciptaan tangan sendiri.

Baca Juga: dr Zaidul Akbar Ungkap Rahasia Menghentikan Gen Penyakit Keturunan

Ustadz Eko menjelaskan, kisah itu menjadi simbol bagi manusia modern. “Dulu orang menyembah patung dari emas, sekarang banyak yang menyembah emas tanpa patung. Dulu sujud di depan arca, sekarang sujud di depan harta,” ujarnya.

Diskusi sore itu menyinggung berita tentang korupsi triliunan rupiah. “Untuk apa uang sebanyak itu?” tanya salah satu jamaah.

Ustadz Eko menjawab, “Itulah anak sapi modern. Dulu orang rela menyerahkan diri pada arca, sekarang orang rela menggadaikan nurani demi rekening.”

Baca Juga: Momen Seskab Teddy Dapat Hadiah Peci Kesayangan Ustadz Adi Hidayat

KH Bisri dalam Al-Ibrîz juga mengingatkan, "Sapa sing ngluhurake banda luwih dhuwur tinimbang sing maringi banda, iku padha karo wong Israil sing nyembah anak sapi."

Penanggung jawab kegiatan, Widodo Brontowiyono, menambahkan, “Setiap zaman punya ‘anak sapi’-nya sendiri. Dulu emas dan arca, kini harta, jabatan, atau gengsi. Kalau kita lebih takut kehilangan pangkat daripada kehilangan iman, berarti kita sedang menyembah berhala yang tak tampak.”

Kata-kata itu membuat suasana hening. Teh hangat di tangan jamaah seakan ikut mengalirkan kesadaran bahwa berhala zaman sekarang tidak lagi dari logam, tetapi dari rasa tamak dan ketergantungan pada dunia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB

Adam Turun ke Bumi, Hukuman atau Rahmat?

Sabtu, 27 September 2025 | 19:35 WIB

Kenapa Sulit Khusyuk dalam Shalat?

Sabtu, 13 September 2025 | 19:05 WIB

Bulan Muharam bulan istimewa bagi umat islam

Rabu, 25 Juni 2025 | 06:56 WIB
X