Inilah dalil kebolehan berbohong dalam Islam, asal dalam kondisi seperti ini

photo author
- Minggu, 17 Agustus 2025 | 07:30 WIB
Ilustrasi - hoaks  (Foto Antaranews)
Ilustrasi - hoaks (Foto Antaranews)



HARIAN MERAPI - Adakah dalil yang menjelaskan kebolehan berbohong dalam Islam ?


Dalam situasi tertentu, Islam membolehkan orang berbohong, berikut ini dalilnya.


Selama ini kebohongan umumnya dipandang sebagai perbuatan tercela yang dilarang dalam ajaran Islam.

Baca Juga: Pada awal abad ke-19 kondisi Batik Pesirisan Pantai Utara Jawa diuntungkan bisnis tekstil India yang mengalami kemunduran


Namun, tahukah Anda bahwa ada situasi tertentu di mana Islam justru membolehkannya? Bukan berarti menghalalkan dusta, melainkan memberi kelonggaran saat kebenaran bisa menimbulkan mudarat lebih besar.

Dalam kondisi-kondisi ini, kebohongan bukanlah dosa, melainkan langkah bijak untuk menjaga kemaslahatan dan menghindari kerusakan yang lebih luas. Untuk itu, memahami dan mengetahui apa saja jenis kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam menjadi penting, agar umat tidak salah kaprah dalam mempraktikkannya dan tetap berada dalam syariat yang benar.

Berikut ini dalil hadis dan sejumlah contoh kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.

Dalil hadis yang memperbolehkan berbohong

Ada satu cara yang tampak menyerupai kebohongan, namun sejati-nya tidak tergolong dusta. Dalam situasi terdesak, seseorang bisa menerapkan-nya untuk mencapai tujuan tanpa terjebak pada perbuatan yang dilarang.

Baca Juga: Ramalan zodiak Sagitarius berlaku sepekan mulai Minggu 17 Agustus 2025, memadukan perencanaan jangka panjang dengan motivasi kreatif

Metode ini dikenal dengan nama “ma’aridh” atau tauriyah. Caranya adalah dengan mengucapkan kalimat yang memiliki makna ganda atau ambigu, sehingga lawan bicara menafsirkan-nya secara berbeda dari maksud yang sebenarnya.

Salah satu contohnya terdapat dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Dikisahkan, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam suatu ketika bepergian bersama istrinya, Sarah, melewati sebuah wilayah yang dipimpin oleh penguasa zalim.

Ketika penduduk setempat melihat kecantikan Sarah, mereka melaporkannya kepada sang raja. Raja ini dikenal memiliki kebiasaan merampas istri orang dan membunuh suaminya.

Penguasa itu pun mengirim prajurit untuk menanyai Nabi Ibrahim. “Siapa perempuan ini?” tanya mereka. Nabi Ibrahim menjawab, “Dia adalah saudari-ku.” Setelah itu, beliau menemui Sarah dan berkata:

> يا سارة ليس على وجه الأرض مؤمن غيري وغيرك، وإن هذا سألني فأخبرته أنك أختي فلا تكذبيني

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB

Adam Turun ke Bumi, Hukuman atau Rahmat?

Sabtu, 27 September 2025 | 19:35 WIB

Kenapa Sulit Khusyuk dalam Shalat?

Sabtu, 13 September 2025 | 19:05 WIB

Bulan Muharam bulan istimewa bagi umat islam

Rabu, 25 Juni 2025 | 06:56 WIB
X