Pembelajaran Ekonomi Akuntansi Berbasis Kearifan Lokal Falsafah Jawa di Tengah Gempuran AI, Masih Perlu?

photo author
- Minggu, 13 Juli 2025 | 18:45 WIB
Nisfatul Izzah, Dosen Prodi Akuntansi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta  (Foto: Dok. Pribadi)
Nisfatul Izzah, Dosen Prodi Akuntansi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta (Foto: Dok. Pribadi)

Oleh: Nisfatul Izzah*

SISTEM pendidikan ekonomi akuntansi yang saat ini berkembang di Indonesia telah banyak yang jauh dari realitas masyarakat Indonesia karena banyak sistem pendidikannya yang lebih dominan dengan pemikiran adopsi langsung dari negara barat daripada kesesuaian dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Di sisi lain dewasa ini peran profesi ekonomi akuntansi pada era revolusi industri 4.0 dan tantangan society 5.0 mengalami banyak halangan karena digantikan oleh kepandaian buatan manusia atau Artificial Intelligence (AI).

Lalu, masihkah pembelajaran berbasis budaya diperlukan di era gempuran AI? Dewasa ini banyak ahli menyarankan untuk memasukkan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai leluhur budaya, serta kearifan lokal (local wisdom) supaya dapat membantu menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis yang baik, tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang baik.

Baca Juga: Bisakah AI gantikan dokter diagnosis penyakit, begini penjelasan Kemkomdigi

Pola pikir dan pola tingkah bahkan dapat digantikan oleh AI, sehingga sangat penting untuk dikendalikan dengan nilai-nilai luhur budaya sebagai pedoman hidup bagi manusia di era kecerdasan buatan yang serbah cepat dan canggih yang kadang sulit membedahkan mana kebenaran nyata dan hanya kebenaran maya belaka. Nilai adiluhung tersebut untuk mengambil keputusan yang profesional, efektif dan efisien, namun tetap dengan kaidah dan normah-norma sesuai dengan jati diri hati nurani manusia.

Kearifan lokal sebagai sebuah sistem tatanan kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi, dan lingkungan merupakan aktivitas sekelompok masyarakat yang didasari oleh pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan strategi kehidupan untuk menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Misalnya, dengan memasukkan nilai-nilai adiluhung budaya Jawa yang berbunyi “Gusti ora sare” (Tuhan tidak tidur) dalam materi pembelajaran ekonomi akuntansi supaya, stiap saat mahasiswa sebagai calon pelaku bisnis selalu memulai aktivitas bisnisnya dengan mengingat Tuhan. Tentu hal ini menjadi salah satu modal dasar pembentukan karakter dalam bidang ekonomi akuntansi supaya mereka tidak melakukan tindakan melanggar norma-norma, karena sadar semua aktivitasnya diawasi tuhan yang maha mengetahui.

Baca Juga: Usung Enam Pilar Utama, Komdigi Gagas AI Center of Excellence Gandeng Indosat, Cisco dan NVIDIA

Begitu pula dengan etos berbisnis, orang Jawa yang selama ini terkenal dengan prinsip-prinsip leluhurnya yang pantang menyerah dalam mencari rizki untuk mengingat peribahasa orang Jawa “manuk esuk-esuk metu sak jerone luwe, mulih sore iso dadi wareg” yang artinya burung yang keluar di pagi hari keluar dalam keadaan lapar dan kenyang di sore hari.

Petuah Jawa tersebut dikolaborasikan dengan nasehat-nasehat spiritual yang senada, misalnya dari nilai-nilai spiritual yang ada di ajaran agama Islam seperti hadist Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, yang berbunyi: “Kalau kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah memberi rizki kepada kalian, sebagaimana burung-burung diberi rizki; pagi-pagi mereka meninggalkan sarang dalam keadaan lapar, dan sore hari pulang dalam keadaan kenyang.”

Baca Juga: Indonesia Resmi Miliki LLM 70 Miliar Parameter, Indosat Sokong Infrastruktur Lewat AI Berdaulat

Dua ungkapan penuh makna dari budaya Jawa dan Spiritual Islam yang sama-sama mengajarkan kepada seseorang untuk yakin rizki berupa uang dan kebutuhan primer makanan serta lainnya dapat tercukupi dengan berusaha dan bekerja keras, sehingga manusia boleh bersaing dengan AI, namun tetap yakin Tuhan yang maha pemberi rizki.

Kearifan budaya selain peribahasa Jawa secara umum juga dapat berupa, tari, pakaian, adat, dan makanan, serta lainnya yang dapat dijadikan bahan pembelajaran terkait ekonomi akuntansi. Dalam kontek penulisan ini penulis memberikan contoh peribahasa jawa yang sangat sering dipakai di masyarakat. Hal ini karena penulis dibesarkan dari lingkungan budaya tersebut berada.

Baca Juga: Miliki 102 Kapal Berstandar Global, Pelayanan Armada PIS Kian Tangguh dan Andal

Beberapa peribahasa jawa yang memiliki nilai luhur sangat diperlukan dalam mendidik pelajar dan Mahasiswa untuk mengerti dan mencintai peribahasa yang mengandung makna adiluhung dalam kontek ekonomi akuntansi misalnya:

Pertama, "Becik ketitik olo ketoro" peribahasa Jawa yang memiliki makna bahwa perbuatan baik pada akhirnya akan terlihat, dan perbuatan buruk pada akhirnya juga akan terungkap. Peribahasa ini mengajarkan pentingnya menjaga perilaku dan bertindak baik, karena baik buruk suatu tindakan pasti akan diketahui pada waktunya. Dalam menjalankan roda ekonomi dan akuntansi bisnis diperlukan kejujuran dalam etika bisnis dan profesional, misalnya sebagai seorang auditor (pemeriksa keuangan) diatur sebuah etika profesional yang dikeluarkan oleh organisasi profesi akuntan, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang wajib ditaati.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Hukum Sebagai Nutrisi Kehidupan

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X