* Opini: Ichsan (Doen FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
SERING dijumpai terdapat siswa yang tidak semangat belajar, nilainya selalu jelek, tetapi tiba-tiba semangat belajar dan prestasi nilainya sangat gemilang.
Mungkin kita menduga hal tersebut disebabkan karena fasilitas, dukungan keluarga, kinerja guru, bahan ajar, media belajar, sumber belajar, lingkungan belajar, kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), pada hal ada factor lain yang krusial yaitu ketangguhan atau sering dikenal dengan adversity Quotient (AQ).
AQ pertama kali dikenalkan oleh Stoltz, yang disebut dengan kecerdasan adversitas, atau kecerdasan merubah kesulitan, tantangan, dan hambatan, menjadi peluang yang besar. Secara singkat, AQ mengukur seberapa tangguh seseorang menghadapi tantangan.
Baca Juga: UMKM Yogyakarta Perlu Membangun Brand yang Relevan dan Kompetitif di Era Digital
Dalam hal ini Allah s.w.t berfirman: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),(QS. An-Najm: 39-40).
Stoltz dalam teorinya menggunakan istilah quitter (pecundang), camper (pekemah), dan cilmber ( pendaki). Siswa yang memiliki AQ rendah disebut quitter, yang berarti seseorang siswa yang cepat menyerah pada situasi dan tidak semangat mengdapai masalah. Baginya, masalah adalah sesuatu yang tidak dapat diselesaikan.
Siswa yang memiliki AQ sedang disebut camper, yaitu siswa yang memiliki sedikit inisiatif dan semangat untuk meraih sesuatu dengan resiko yang sedikit. Dalam hal prestasi, hanya mengungguli teman-teman yang dibawahnya.
Sedangkan siswa yang memiliki AQ tinggi disebut climber, yaitu siswa yang mendarmabaktikan diri untuk pertumbuhan dan perputaran waktu, baginya belajar dilakukan tidak hanya di sekolah tetapi dilakukan di mana saja asal memberi kontribusi pada diri sendiri dan orang lain.
Baca Juga: Menuju Desa Rintisan Budaya Kalurahan Pendawaharjo Gelar Potensi Budaya 2025
Penelitian yang dilakukan Aini Nurachmawat, dkk menyimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki AQ tinggi tidak cemas menghadapi pekerjan.
Bagaimana cara meningkatkan AQ?. Terdapat beberapa cara meningkatkan AQ, anatara lain; (1) Mengingatkan dan meningkatkan motivasi belajar. Dengan memberi motivasi yang besar, siswa terdorong menghadapi tantangan.
(2) Meningkatkan ketekunan. Siswa yang memiliki AQ tinggi cenderung mencari cara untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. (3) Mengubah kegagalan menjadi Pelajaran. Siswa yang AQ cenderung rendah, kegagalan dipandang sebagai cerminan diri, sedangkan siswa yang AQ tinggi akan menganalisa kegagalan tersebut. Mereka memiliki pola fikir yang tumbuh, melihat kegagalan sebagai umpan balik atau pengalaman yang berharga.
(4) Mengasah dimensi ketangguhan. Stoltz membagi AQ menjadi empat dimensi yang dapat dilatih, yaitu ; (1) control (kendali). Siswa yang tangguh focus pada hal-hal yang bisa dirubah, bukan meratapi pada hal-hal yang tidak dapat dirubah;
Baca Juga: Pentingnya rendah hati dalam pergaulan