Merancang Pembelajaran Mendalam yang Implementatif di Kelas

photo author
- Minggu, 23 November 2025 | 19:56 WIB

* Oleh: Dr. Hj. Siti Aminah, M.A, Widyaiswara Ahli Madya BDK Semarang

PERUBAHAN cepat di bidang teknologi, ekonomi, dan sosial membuat kelas tidak lagi dapat dikelola dengan pola “guru menjelaskan, siswa mencatat, lalu diuji”. Dunia kerja dan kehidupan warga negara menuntut kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, mampu memecahkan masalah, sekaligus berkarakter.

Sejalan dengan itu, kajian tentang pendekatan belajar membedakan antara pendekatan permukaan (surface learning) yang berfokus pada hafalan, dan pendekatan mendalam (deep learning) yang menekankan pencarian makna, keterkaitan ide, dan penerapan pengetahuan pada situasi baru.

Di sisi lain, riset sintesis yang dilakukan Hattie melalui Visible Learning menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kejelasan tujuan, kualitas umpan balik, serta keterlibatan kognitif siswa memiliki pengaruh besar terhadap hasil belajar.

Baca Juga: Guna perkuat ketahanan pangan daerah, Pemkab Karanganyar salurkan hibah alsintan dan ternak

Artinya, desain pembelajaran bukan sekadar “gaya mengajar guru” sangat menentukan apakah siswa hanya menghafal, atau benar-benar memahami dan mampu menggunakan pengetahuannya.

Kementerian Pendidikan mempromosikan “Pembelajaran Mendalam” sebagai kerangka transformasi pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, dengan penekanan pada olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara terpadu.

Dokumen naskah akademik dan paparan resmi menautkan pembelajaran mendalam dengan penguatan literasi, numerasi, keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), dan Profil Pelajar Pancasila.

Artikel ini bertujuan menguraikan strategi praktis bagi guru untuk mendesain pembelajaran mendalam yang implementatif di kelas. Pembahasan memfokuskan pada: (1) perumusan tujuan belajar dan penyelarasan (constructive alignment), (2) pengelolaan cakupan materi dan pengkonteksan dalam kehidupan nyata siswa,

Baca Juga: Hato Crispy Chiken Nugget diluncurkan, nugget yang dibalut dengan tepung seperti bubble dengan citarasa crunchy dan krispi

(3) pemilihan strategi pembelajaran aktif dan kolaboratif, (4) desain tugas dan asesmen yang mendorong HOTS, serta (5) penciptaan iklim kelas reflektif dengan umpan balik yang mengembangkan.

1. Merumuskan Tujuan Belajar dan Menyelaraskan Komponen Pembelajaran

Biggs dan Tang memperkenalkan gagasan constructive alignment: guru terlebih dahulu merumuskan hasil belajar yang diinginkan, kemudian menyelaraskan aktivitas dan asesmen agar “memaksa” siswa melakukan jenis berpikir yang sesuai dengan tujuan tersebut.

Jika tujuan hanya menuntut siswa mengingat definisi, maka yang terjadi adalah latihan hafalan. Namun bila tujuan dirumuskan pada tingkat analisis, evaluasi, atau kreasi, maka kegiatan belajar pun harus dirancang untuk mengundang proses berpikir tersebut.

Baca Juga: Guru profesional wujudkan Indonesia kuat

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X