Contoh tujuan yang dangkal: “Siswa dapat menyebutkan pengertian demokrasi.”
Tujuan yang lebih mendalam dan implementatif misalnya: “Siswa mampu menganalisis praktik demokrasi di lingkungan sekolah dan mengusulkan perbaikan yang realistis.”
Rumusan kedua secara otomatis mendorong guru untuk menyusun kegiatan seperti observasi, diskusi, studi kasus, atau proyek advokasi kelas, bukan sekadar ceramah. Dengan kata lain, langkah pertama menuju pembelajaran mendalam adalah merumuskan tujuan yang:
a. menyasar pemahaman konseptual dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
b. memiliki kaitan eksplisit dengan konteks kehidupan nyata, dan
c. menjadi rambu utama dalam memilih metode dan asesmen.
2. Mengelola Cakupan Materi dan Mengaitkannya dengan Realitas Siswa
Naskah akademik “Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua” menekankan perlunya pengalaman belajar yang bertahap: dari pengetahuan esensial, menuju penerapan, lalu pendalaman nilai dan karakter.
Hal ini mengimplikasikan bahwa guru tidak perlu “mengejar habis” sebanyak mungkin topik, tetapi memilih sedikit topik yang betul-betul penting dan digali lebih dalam.
Pengelolaan kedalaman dan keluasan materi tersebut menjadi lebih kuat bila guru menautkan konten dengan pengalaman nyata siswa. Studi-studi mutakhir tentang deep learning di sekolah dasar menunjukkan bahwa pembelajaran mendalam menjadi efektif ketika konsep dijelaskan secara kontekstual, terhubung dengan pengalaman hidup, dan melibatkan emosi positif (mindful, meaningful, joyful).
Strategi yang dapat diterapkan di kelas antara lain:
a. Studi kasus lokal: misalnya isu sampah di lingkungan sekitar sekolah untuk topik lingkungan hidup, atau praktik bermedia sosial di kalangan remaja untuk topik etika digital.
b. Pertanyaan pemantik: seperti “Mengapa hoaks mudah menyebar?” atau “Mengapa banyak siswa merasa matematika menakutkan?”, yang mengundang eksplorasi sebelum penjelasan konsep.
c. Kegiatan lapangan dan simulasi: observasi lingkungan, wawancara sederhana, permainan peran (role play), atau proyek layanan masyarakat kecil-kecilan.
Dengan demikian, siswa tidak hanya mengenali istilah, tetapi melihat bagaimana konsep itu hidup di sekeliling mereka.
3. Menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif
Pendekatan pembelajaran mendalam mensyaratkan keaktifan kognitif siswa: mereka perlu membaca, mendiskusikan, mempertanyakan, dan mencoba memecahkan masalah, bukan sekadar mendengarkan penjelasan guru.