Oleh: Sudjito Atmoredjo*
Judul artikel ini hendaknya dibaca cermat dan hati-hati. Bukan provokatif. Di situ ada tanda tanya. Terkandung makna bahwa masalah yang dibahas, perlu dicari jawabnya, sehingga dampak negatifnya bisa dihindari, sebaliknya dampak positifnya bisa diraih.
Terjadi pro dan kontra, masalah pengibaran bendera once piece. Menjelang ulang tahun kemerdekaan ke-80, masalah ini seru diperdebatkan. Petinggi negara, akademisi, politisi, dan masyarakat terbelah. Hemat saya, masalah demikian, tidak boleh dipandang sepele, melainkan wajib disikapi dengan bijak oleh semua pihak.
“Pro”, merupakan sikap, persetujuan, dan dukungan atas ide, gagasan, dan tindakan pihak tertentu. Sebaliknya, “kontra”, merupakan sikap penentangan, pengingkaran, atau penolakan. Pro dan kontra, selalu diikuti argumentasi. Dengan kata lain, ketika terjadi pro dan konra atas suatu masalah/isu, maka sebenarnya di situ sedang terjadi perang argumentasi. Perang ini wajib diturunkan tensi/kualitasnya menjadi dialog dan musyawarah. Tak perlu ngotot, ngeyel, atau ngaco.
Baca Juga: Awas, orang tua harus awasi anak bermain gim online, periksa rating gimnya, ikuti saran PB ESI
Pada ranah moralitas-religius, ada ungkapan "karena ilmu dan dengki, maka umat terpecah". Ungkapan ini merujuk pada fenomena perpecahan umat, disebabkan oleh dua faktor utama, yakni: (1) adanya perbedaan pemahaman tentang ilmu, dan (2) perasaan iri-dengki (hasad).
Dipertanyakan, mengapa ilmu bisa menjadi penyebab perpecahan?. Karena kemurnian ilmu, sebagai petunjuk Ilahi, telah ditafsir dan diberi pengertian subjektif oleh manusia, sesuai sudut pandang dan kepentingannya. Fitrah manusia yang dhaif/lemah, serta nafsu duniawi yang membelenggunya, berbaur menjadikan manusia yang bersangkutan sombong, egois, sok tahu, sok benar.
Dengki/hasad terhadap kelebihan orang lain - baik ilmu, harta, jabatan, atau apapun - dapat memicu seseorang bersikap/berwatak antagonistik. Orang lain, dicari-cari kesalahan/kelemahannya. Untuk menjatuhkan orang lain, dikemukakan argumentasi yang seolah-olah ilmiah. Namun tak kurang dari itu, kadang digunakan fitnah, persekusi, bullying, atau cara-cara nista lainnya.
Untuk diingat bahwa dulu manusia itu satu umat. Ahli kitab tidak berpecah-belah, kecuali setelah datang pada mereka, ilmu pengetahuan (sains), dan kedengkian di antara mereka. Allah Swt amat benci terhadap perilaku nista tersebut. Bahkan berkehendak untuk dibinasakan. Namun azab tersebut ditangguhkan. Agar perselisihan tidak berlanjut pada perpecahan, maka diutuslah nabi-nabi untuk menyelesaikannya (QS. Asy-Syura, ayat 14).
Baca Juga: Ini yang harus dilakukan orang tua menghadapi anak yang gemar bermain gim online
Dalam perjalanan, ternyata di kalangan umat beragama, perpecahan itu terhindarkan. Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan ahli hadis lain: “Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Kaum Yahudi pecah menjadi 71 atau 72 golongan; Kaum Nasrani pecah menjadi 71 atau 72 golongan; sementara umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.”