Merancang Pembelajaran Mendalam yang Implementatif di Kelas

photo author
- Minggu, 23 November 2025 | 19:56 WIB

Kerangka pembelajaran mendalam Kemendikbud juga menegaskan pentingnya asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning) dan asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning), yang menempatkan refleksi siswa sebagai pusat.

Beberapa praktik yang dapat diterapkan:
a. Jurnal reflektif: di akhir pelajaran, siswa menuliskan apa yang mereka pahami, bagian yang masih membingungkan, dan rencana perbaikan.

b. Self-assessment dan peer-assessment: menggunakan rubrik sederhana, siswa menilai produk mereka sendiri atau rekan sejawat, lalu mendiskusikan masukan yang muncul.

c. Budaya bertanya yang aman: guru secara eksplisit menyatakan bahwa pertanyaan dan kesalahan adalah bagian dari proses belajar; respon guru terhadap jawaban yang keliru bersifat menggali, bukan mempermalukan.

Iklim seperti ini mendorong regulasi diri dan kesadaran belajar, dua aspek yang ditekankan kuat dalam dokumen pembelajaran mendalam nasional.

Pembelajaran mendalam yang implementatif di kelas tidak lahir secara kebetulan, tetapi merupakan hasil desain yang sadar dan sistematis. Guru perlu memulai dari tujuan belajar yang bermakna, kemudian menyelaraskan metode, pengalaman belajar, dan asesmen agar siswa terlibat secara kognitif, emosional, dan sosial.

Pendekatan deep learning—yang menekankan pemahaman konsep, keterkaitan ide, refleksi, dan penerapan—berbeda secara mendasar dari pembelajaran yang hanya mengejar ketuntasan materi dan skor ujian jangka pendek.

Dalam konteks Indonesia, kerangka “Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua”, penguatan HOTS dalam Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, serta temuan riset mutakhir tentang konstruktive alignment dan visible learning menyediakan landasan teoritis sekaligus praktis bagi guru.

Dengan menerapkan strategi-strategi seperti pembatasan cakupan materi untuk pendalaman, pengaitan materi dengan realitas siswa, pemanfaatan model pembelajaran aktif dan kolaboratif, desain tugas bertaraf HOTS, serta penggunaan umpan balik dan refleksi, kelas dapat berubah menjadi ruang tempat peserta didik belajar berpikir, bersikap, dan bertindak secara lebih dewasa.

Upaya ini pada akhirnya merupakan investasi jangka panjang untuk menyiapkan generasi yang kritis, kreatif, berkarakter, dan siap menghadapi dunia yang kompleks. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X