Kerangka pembelajaran mendalam Kemendikbud juga menegaskan pentingnya asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning) dan asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning), yang menempatkan refleksi siswa sebagai pusat.
Beberapa praktik yang dapat diterapkan:
a. Jurnal reflektif: di akhir pelajaran, siswa menuliskan apa yang mereka pahami, bagian yang masih membingungkan, dan rencana perbaikan.
b. Self-assessment dan peer-assessment: menggunakan rubrik sederhana, siswa menilai produk mereka sendiri atau rekan sejawat, lalu mendiskusikan masukan yang muncul.
c. Budaya bertanya yang aman: guru secara eksplisit menyatakan bahwa pertanyaan dan kesalahan adalah bagian dari proses belajar; respon guru terhadap jawaban yang keliru bersifat menggali, bukan mempermalukan.
Iklim seperti ini mendorong regulasi diri dan kesadaran belajar, dua aspek yang ditekankan kuat dalam dokumen pembelajaran mendalam nasional.
Pembelajaran mendalam yang implementatif di kelas tidak lahir secara kebetulan, tetapi merupakan hasil desain yang sadar dan sistematis. Guru perlu memulai dari tujuan belajar yang bermakna, kemudian menyelaraskan metode, pengalaman belajar, dan asesmen agar siswa terlibat secara kognitif, emosional, dan sosial.
Pendekatan deep learning—yang menekankan pemahaman konsep, keterkaitan ide, refleksi, dan penerapan—berbeda secara mendasar dari pembelajaran yang hanya mengejar ketuntasan materi dan skor ujian jangka pendek.
Dalam konteks Indonesia, kerangka “Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua”, penguatan HOTS dalam Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, serta temuan riset mutakhir tentang konstruktive alignment dan visible learning menyediakan landasan teoritis sekaligus praktis bagi guru.
Dengan menerapkan strategi-strategi seperti pembatasan cakupan materi untuk pendalaman, pengaitan materi dengan realitas siswa, pemanfaatan model pembelajaran aktif dan kolaboratif, desain tugas bertaraf HOTS, serta penggunaan umpan balik dan refleksi, kelas dapat berubah menjadi ruang tempat peserta didik belajar berpikir, bersikap, dan bertindak secara lebih dewasa.
Upaya ini pada akhirnya merupakan investasi jangka panjang untuk menyiapkan generasi yang kritis, kreatif, berkarakter, dan siap menghadapi dunia yang kompleks. *