HARIAN MERAPI - Gerimis masih mengguyur kawasan Makam Seniman dan Budayawan Girisapto, Karangtengah, Imogiri, Bantul ketika acara peringatan Haul ke 20 wafatnya Maestro Sapto Hudoyo dihelat, Senin (6/2/2023) pagi.
Menurut Yani Saptohudoyo, istri sekaligus pengelola Makam Girisapto dalam sambutannya mengungkapkan, Makam Girisapto menjadi salah satu karya monumental bagi Saptohudoyo yang dapat dinikmati serta dijadikan peninggalan bukan hanya bagi generasi saat ini tetapi juga untuk generasi seniman mendatang.
"Makam Seniman ini merupakan upaya yang membutuhkan perjuangan panjang serta dana yang tidak kecil, namun semua itu dilakukan oleh pak Saptohudoyo dan didedikasikan bagi para seniman Indonesia," katanya.
Baca Juga: Kasat Reskrim Polres Temanggung: Kekerasan pada anak harus dihilangkan, apalagi kekerasan seksual
"Begitu cintanya Saptohudoyo pada seniman sehingga rela menghabiskan waktu dan hartanya untuk mewujudkan makam ini," lanjutnya.
Menurut Yani yang mengutip pemikiran Saptohudoyo, seniman dalam masa pergerakan juga merupakan pejuang dengan karya-karyanya baik berupa lagu lagu perjuangan, puisi, tari-tarian naskah drama bahkan patung dan lukisan karya para seniman pada zamannya, merupakan spirit perjuangan bagi bangsa ini.
"Mereka para seniman juga harus diberikan penghormatan sebagai layaknya para pahlawan, mesti tidak memanggul senjata namun lewat karya karyanya seniman juga punya andil bagi bangsa ini," tuturnya.
Sementara itu Muji Chino selaku ketua panitia mengungkapkan, peringatan haul ke 20 Maestro Saptohudoyo dimaksudkan untuk mengenang sekaligus meneladani jiwa besar seorang seniman besar yang memiliki kepedulian kepada seniman sekaligus masyarakat pada umumnya.
"Kasongan salah satu kampung keramik yang mendapat sentuhan dari Saptohudoyo kini menjadi sentra kerajinan terrakota ternama," tutur Muji Chino.
Sedangkan Sigit Sugito sebagai inisiator kegiatan lebih menekankan keberadaan Makam Seniman dan Budayawan Girisapto merupakan satu-satunya makam yang diperuntukan bagi seniman dan budayawan yang ada di tanah air.
Baca Juga: Dalam rangka Satu Abad NU, Mahfud MD kunjungi Ponpes Darul Quran Wal Irsyad Gunungkidul
"Ini satu satunya makam bagi para seniman besar dan budayawan yang ada di Indonesia. Dan ini adalah karya monumental seorang maestro ibarat lukisan hidup yang selalu akan dilihat dan terus dapat dikenang oleh generasi sampai kapan pun," kata Sigit Sugito.
Haul ke 20 Maestro Saptohudoyo selain dimeriahkan dengan menampilkan macapatan dari kelompok Somoratri, Triharjo, Imogiri juga menampilkan pembacaan umbul Donga kelompok Sekar Pangawikan pimpinan Bambang Nursinggih serta pembacaan puisi oleh Merith Hendra penyar dan teaterwan gaek.