Sementara itu dalam pandangan Mustofa. W Hasyim, leluhur kita dulu sangat pandai mengaplikasikan tepa salira ke dalam berbagai kehidupan.
Seperti misalnya dalam bidang arsitektur, ketika membangun rumah baru di dekat tetangga. Bangunan rumah akan didirikan dengan mundur satu tritis dari rumah tetangga. Sehingga akan terbentuk satu jalan "rukunan" yang nantinya dapat dilewati
Baca Juga: Apakah Benjolan di Payudara Pasti Kanker, Ini Jawaban Prof Zubairi Djoerban
"Itu juga salah satu bentuk tepa salira dengan tetangga rumah. Jalan yang ada jadi milik bersama dan untuk kepentingan bersama juga," ucap Kang Mustofa begitu sapaan anggota LSBO PP Muhammadiyah ini.
Menurut dia tepa salira itu harus memberikan nilai lebih dan keuntungan untuk sesama, begitu juga tidak membuat yang lain rugi atau dirugikan.
Tepa salira merupakan cerminan kerendahatian masing-masing pelakunya, tidak memberlakukan ojo dumeh. Sehingga jika di era digital ini benang merah tepa salira dapat terus disambung pastilah hubungan interaksi dalam grub WA misalnya akan adem ayem damai dan guyub rukun. *