BANTUL, harianmerapi.com - Ada beberapa harapan yang termaktub dalam tujuan kegiatan Festival Purbakala Tahun 2022, di antaranya mengenalkan, memahamkan dan meningkatkan kesadaran generasi muda dan masyarakat terhadap kejadian di masa lalu untuk merancang masa depan yang lebih baik.
Demikian diungkap Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Rully Adriadi SS Kepala Bidang Pengembangan dan Pemeliharaan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kunda Kabudayan) DIY, pada pembukaan Sarasehan Festival Purbakala 2022 bertajuk "Joyopranan Kampung Tua di Kotagede" di Joyopranan Padukuhan Sarirejo, Singosaren, Banguntapan, Bantul, Senin (13/6/2022).
Menurut Sultan kegiatan ini diharapkan juga semakin meneguhkan eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai 'Ibukota Kreator' yang berbasis pada nilai tradisi dan budaya.
Baca Juga: Dua Orang Wisatawan Asal Boyolali yang Terseret Ombak Pantai Sundak Gunungkidul Bisa Diselamatkan
Dengan visi seperti itulah, Sultan memberikan apresiasi terhadap acara itu sebagai semangat memberdayakan budaya Yogyakarta.
"Saya berpesan untuk selalu menjaga kelestarian budaya dan lingkungan Kotagede, sekaligus mentranspormasi budaya menuju tataran yang nyata-nyata menyejahterakan," tandas Sultan.
Sementara itu menurut Ketua dan Penggagas Festival Purbakala, Sigit Sugito Festival Purbakala ini secara periodik akan terus berlangsung dalam kurun waktu dua tahun sekali.
Pada pelaksanaan mendatang menurut dia, masih akan tetap berada di kawasan Kotagede. Dalam pandangan Ketua Koseta dan pegiat budaya ini, Kotagede masih sedemikian banyak menyimpan kekayaan budaya bahkan peradaban masa lampau yang tidak akan pernah kering jika digali.
"Ini akan kita selenggarakan setiap dua tahun sekali dan lokasinya masih tetap di kawasan Kotagede. Karena Kotagede memiliki kekayaan budaya bahkan peradaban masa lampau yang hingga kini masih berjalan," tutur Sigit.
Hadir sebagai narasumber dalam Saresehan Fistival Purbakala 2022 yang dimoderatori HM Satriya Wibawa yakni Pamudji Raharjo, MPA dan Prof. Inajati Adrisijanti Guru Besar Arkelogi UGM yang memaparkan makalah Kotagede Berdiri dan Surutnya.
Menurut Prof Inajati, Kotagede adalah ibukota pertama Kerajaan Mataram Islam yang dilindungi benteng dua lapis mencakup wilayah seluas 200 hektar.
"Nama Kotagede diduga berasal dari kata kutha yang berarti benteng besar," ujar Bu Poppy begitu sapaan akrab Prof. Inajati yang juga Komisaris PT. BP Kedaulatan Rakyat.