Dini tengah sibuk membasuh baju di sumur belakang, Sri yang baru tiba, hanya mengangguk, lalu duduk di sampingnya.
"Nek wes bengi, Dela kumat, jare mbah, ngunu (Kalau malam tiba, Dela kumat kata si mbah)," Dini melanjutkan.
"Si Mbah sing ndudui awakmu (Si Mbah yang kasih tau kamu)," tanya Sri.
"Iyo, awakmu gak didudui ngunu (Memangnya kamu gak dikasih tau)," kata Dini.
Baca Juga: AC Milan Juara Liga Italia Musim Ini
Sri tidak menjawab pertanyaan itu, ia hanya melihat air mengalir, yang ada di hadapanya.
"Jumat Kliwon," kata Sri tiba-tiba, dan Dini mengangguk.
Dini, rupanya dia sudah tahu.
Siang itu, Mbah Tamin memanggil Sri dan Dini.
Sri dan Dini berjalan, melihat Dela yg tengah duduk sendirian, ia seperti sibuk dengan dunianya sendiri.
Mbah Tamin melihatnya, ia hanya diam saja, sambil terus memperhatikan, Sri dan Dini berjalan ke arahnya.
"Dela lahir nang kene, mangkane, gak tak perlakokno koyo nang alas kui (Dela lahir di sini, makannya tidak diperlakukan seperti di hutan dulu)," kata Mbah Tamin.
"Nang kene, wes tak pasang payung penduso nang ben sudut omah (Di sini, di setiap sudut rumah ini sudah saya pasang payung untuk orang meninggal, jadi, jangan khawatir)."
Mbah Tamin, menyesap rokok, menghembuskanya perlahan.
