KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 22: “Koncomu Wis Kelewatan...”

photo author
- Selasa, 10 Mei 2022 | 08:30 WIB
KKN di Desa Penari, sebuah film yang diangkat dari kultwit akin Simple Man.  (Foto: Instagram @platinumcineplex_id)
KKN di Desa Penari, sebuah film yang diangkat dari kultwit akin Simple Man. (Foto: Instagram @platinumcineplex_id)

Baca Juga: Heboh Kasus Penusukan di Seturan Tewaskan 2 Orang, Polisi Sebut Ada Titik Terang

Mbah Buyut mengatakannya sambil gelengkan kepala. “Paham Ndok?” dan Widya mengangguk.

Sinden sing digarap iku ngunu Sinden kembar, sini neng cidek kali, sijine nang enggon sing mok parani wingi bengi (Sinden yang dikerjakan itu kembar, satu di dekat sungai, satu yang kemarin malam kamu datangi).”

“Eroh opo iku Sinden? (tahu kegunaan Sinden?),” Mbah Buyut bertanya.

“Mboten Mbah (tidak tahu Mbah).”

Baca Juga: Cinta Segitiga di Kulon Progo Berujung Duel Maut, Suami Tewas di Tangan Selingkuhan Istri

“Sinden kui enggon aduse poro penari sak durunge tampil, nak Sinden cidek kali, gak popo digarap, tapi sinden sing sijine ra oleh diparani, opo maneh sampe digawe kelon (Sinden itu tempat mandinya para penari sebelum tampil, Sinden dekat sungai tidak masalah dikerjakan, tapi yang satunya tidak boleh didatangi, apalagi dijadikan tempat bercinta).”

“Widya ngerti sopi sing gok Sinden iku? (Widya tahu siapa yang ada di Sinden itu?),” tanya Mbah Buyut.

Widya diam lama, “Ular Mbah,” jawaban itu keluar dari mulutnya.

“Nggih betul, sing mok delok itu ulo anake Bimo karo (Iya betul, yang kamu lihat itu ular anaknya Bima sama),” Mbah Buyut tidak meneruskan.

Baca Juga: Tradisi Syawalan, Warga Jepara Gelar Panjat Pinang di Laut

“Ular itu Mbah,” Widya menjawabnya. Mbah Buyut mengangguk.

“Iku ngunu mbah sing kecolongan, Widya mek didadekno Awu-awu ben si mbah ngawasi Widya, tapi mbah salah, koncomu iku sing ket awal wes diincer karo (Itu, mbah yang kecolongan, Widya cuma dijadikan pengalih perhatian supaya mbah awasi kamu, tapi mbah salah, dari awal temanmu itu yang diincar sama).”

Mbah Buyut terdiam lagi, kali ini cukup lama, seperti tidak mau menyebutkan sebuah nama.

“Ngantos yo nopo Mbah, Ayu kale Bima saget mbalik? (Lalu bagaimana Mbah, apa Ayu dan Bima bisa kembali?)”

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X