budaya

Ngalap berkah dari lantunan gendhing Gamelan Sekaten Keraton Jogja, hidup tenteram bebas dari masalah

Minggu, 2 Oktober 2022 | 08:05 WIB
Ngalap berkah gamelan sekaten Kiai Guntur Madu tahun 2010 (Foto: Koko Triarko)



HARIAN MERAPI - Keluarnya Gamelan Sekaten Keraton Jogja menjadi tanda dimulainya acara inti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.


Selama tujuh hari Gamelan Sekaten Keraton Jogja itu akan berada di Pagongan Lor dan Kidul Masjid Gedhe untuk memperingati Maulid Nabi.


Peringatan Maulid Nabi Keraton Jogja dengan tetabuhan Gamelan Sekaten ini menjadi tradisi yang ditunggu-tunggu warga berbagai daerah.

Baca Juga: 127 orang meninggal akibat kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Manajemen Arema FC sampaikan duka cita


Sebab, Gamelan Sekaten ini masih dipercaya mampu memberi keberkahan bagi mereka yang mau mendengarkannya.


Gamelan Sekaten ditabuh selama tujuh hari mulai dari pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB.


Pada saat-saat gendhing sekaten dilantunkan, biasanya ada sejumlah masyarakat dengan khidmat mendengarkan. Mereka duduk beralas tikar yang dibawanya sambil mengunyah sirih.

Baca Juga: Persebaya kalahkan Arema 3-2, berakhir ricuh, 127 orang meninggal dunia


Konon, mengunyah sirih sambil mendengarkan gendhing sekaten ini menjadi syarat bagi yang mau ngalap berkah gamelan sekaten.


Selain mengunyah sirih, mereka juga akan makan nasi kuning lauk daging ingkung ayam.
Makan nasi kuning lauk ingkung ayam ini juga menjadi syarat ngalap berkah Gamelan Sekaten.


Karena itu, selama berlangsungnya tetabuhan Gamelan Sekaten, banyak lapak kaki lima yang menjual menu nasi kuning di sekitar Masjid Gedhe.

Baca Juga: 127 orang meninggal akibat kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, mayoritas di dalam stadion kehabisan napas


Menurut sejumlah warga yang ngalap berkah, mendengarkan gendhing Gamelan Sekaten bisa memberi rasa ketenteraman.


Selain itu juga bisa mendatangkan inspirasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.


Mereka yang ngalap berkah ini terlebih dahulu memberikan syarat uba rampe kepada wiyaga atau yang bertugas menjaga dan memukul gong gamelan sekaten. Syarat wajib itu berupa kembang dan uang wajib seikhlasnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB