Adanya Makam Seniman begitu menurut Nasirun, merupakan bukti bahwa cara berpikir Saptohudoyo itu jauh ke depan terkait dengan eksistensi seniman dari zaman ke zaman.
"Sebagai seniman besar selain memiliki ilmu juga kejeniusan dan jiwa kolaboratif," tegasnya.
Sementara itu Prof.Dr. Timbul Raharjo yang asli Kasongan, masih begitu kental ingatannya ketika kali pertama mengenal Saptohudoyo dalam kiprahnya memberi ketrampilan bagi para perajin gerabah di kampungnya.
"Saat itu untuk menuju kampung Kasongan masih harus menggunakan getek untuk menyeberangi sungai Winongo. Dan itu dilakukan oleh Saptohudoyo dan Bu Yani," cerita Timbul yang kandidat Rektor ISI Yogyakarta.
Baca Juga: Warga Margoyoso Pati berkeluh kesah, anak menghilang selama sepekan sering dapat telpon gelap
Dulu celengan dari Kasongan bentuknya masih polos dan hanya ditaruh di ngisor longan.
Setelah mendapatkan sentuhan seni hiasan dari Saptohudoyo kemudian hasil gerabah Kasongan naik pamor menjadi hiasan di ruang tamu.
"Meski fungsionalnya juga masih tetap seperti celengan untuk menyimpan uang receh. Karena untuk memecah celengan jaran itu sayang, maka ada solusi bagian bawah diberi lobang untuk mengambil uang," ucap Timbul.
Baca Juga: Beraksi di siang bolong, 2 pelaku curat lintas provinsi bersenjata api ditangkap polisi
Untuk mengenang jasa Saptohudoyo ruas jalan yang menuju Kasongan diberi nama Jalan Saptohudoyo ini untuk memberi energi positif bagi pengembangan Kasongan yang saat ini menjadi pusat kerajinan di DIY.
*
