Persiapan pemberangkatan jenazah Iman Budhi Santoso dari rumah duka Dipowinatan Yogyakarta.
DUNIA kepenyairan Yogyakarta kehilangan salah seorang penyair dan sastrawan gaek asal Magetan, Iman Budhi Santoso (72). Mas Iman begitu sapaan intim di kalangan teman-teman seniman adalah sosok yang sangat sederhana dan njawani dalam setiap perilakunya. Banyak generasi melinial yang tertarik belajar terkait dengan penulisan puisi, cerpen bahkan artikel populer berguru dalam obrolan santai di kontrakannya di bilangan Dipowinatan, Mergangsan Yogyakarta.
Iman Budi Santoso meninggal secara tenang pada pagi hari di kediamannya. Berita meninggalnya penulis yang banyak menerbitkan buku baik antologi puisi, cerita pendek, novel bahkan kritik sastra dan berbagai buku tentang budaya ini, mengejutkan banyak seniman. Pasalnya meski selama ini Iman menderita sakit jantung, tetapi tidak pernah menyeluh dan selalu tampak sehat.
"Mas Iman sebetulnya sakit serius, tapi dia selalu bilang cuma kekeselen wae," begitu tutur Ketua Koseta Sigit Sugita kepada Merapi di sela mempersiapkan upara pemakaman di rumah duka, Kamis (10/12).
Iman Budhi Santoso atas kesepakatan teman-teman seniman dimakamkan di Makam Seniman Girisapto, Imogiri. Sebelumnya direncanakan akan dimakamkan di makam keluarga di Magetan, namun perjalanan dirasa cukup jauh dan dalam suasana pandemi saat ini. Untuk tidak merepotkan banyak pihak akhirnya dengan kesepakatan keluarga, jenazah Iman Budhi Santoso dimakamkan di makam seniman.
Menurut Sigit, meninggalnya Mas Iman jelas meninggalkan suasana duka tersendiri di kalangan para seniman khususnya para penyair dan sastrawan serta para sahabat yang pernah tergabung dalam Persada Studi Klub (PSK) didirikan Iman bersama Umbu Landu Paranggi (1969) yang menjadi wadah komunitas para penyair muda di Malioboro. Di kalangan seniman Yogyakarta kata Sigit, Iman memiliki kedekatan pada semua kelompok dan komunitas seniman yang ada di Yogyakarta. Selain sebagai penyair Iman juga banyak menerbitkan novel dan esai yang bermuatan budaya Jawa.
Meski sebetulnya secara formal Iman adalah lulusan sekolah pertanian dan perkebunan (SPbMA) Kusumanegara, bahkan pernah bekerja sebagai pegawai negeri di perkebunan teh Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Namun Iman justru memilih hidup sebagai penulis yang karya-karyanya banyak dimuat diberbagai media cetak daerah dan nasional. Dia juga menerbitkan sejumlah buku terkait dengan perkebunan dan pertanian.