Hasilnya beberapa anggota telah berhasil menuliskan karya-karyanya baik secara pribadi maupun dibuat antologi.
“Bahkan ada pula buku Toponim sejarah asal-usul padukuhan di Sleman yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman. Pasbuja KM juga telah menerbitkan majalah Bahasa Jawa digital, Belik secara swadaya,” terangnya.
Ditambahkan Topo, suatu hal membanggakan dan banyak disyukuri, salah satu pengurus Pasbuja KM Sleman, Budi Sardjono warga Ngaglik terpilih sebagai kreator budaya dan menerima anugerah budaya dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman, belum lama ini.
Hadir pula dalam rangkaian acara tersebut antara lain dari Kepala Balai Bahasa DIY, Kabid Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman, Kabid Destinasi Pengembangan Destinasi Wisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Sleman serta perwakilan komunitas sastra Jawa.
Baca Juga: Untuk tingkatkan prestasi tim nasional, PSSI harus dibongkar total, begini saran Erick Thohir
Adapun nara sumber bedah buku antologi cerkak Drangsa (penulis anggota Pasbuja KM), yaitu Wiwien Widyawati Rahayu (dosen Sastra Jawa FIB UGM) dan Suhindriyo (wakil ketua Pasbuja KM). Sebagai moderatornya, Akhiyadi.
Menurut Wiwien, Drangsa artinya angan-angan atau hasrat. Setelah semua cerkak dalam buku Drangsa dibaca, ia memperoleh sejumlah kesimpulan.
“Antara lain, bahwa kepuasan yang diharapkan, yang diangan-angan akan dapat terwujud apabila menyadari kediriannya, keterbatasannya, potensi yang dimilikinya maupun upaya yang dipilih dan pada akhirnya memasrahkan kepada takdir yang menjadi kuasa-Nya,” papar Wiwien.
Baca Juga: 'Indiana Jones : Dial of Destiny'. Seberapa seru film terakhir yang dibintangi Harrison Ford ini?
Rangkaian peringatan HUT ke-4 Pasbuja KM Sleman tersebut disemarakkan pula dengan musik siter, seruling serta kendang yang dimainkan oleh Ageng dan Iwan. *