Dalam sambutannya, Sekretaris Kundha Kabudayan Kabupaten Sleman, Arif Marwoto SH MAP mengatakan, wayang kulit memiliki banyak karakter sesuai tokoh masing-masing.
Karakter yang dimiliki tersebut dapat terserap oleh siswa, baik karakter yang baik maupun buruk.
Sehingga karakter wayang tersebut dapat mempengaruhi daya pikir anak.
"Karakter tokoh wayang kulit dapat memengaruhi daya pikir anak. Melalui pentas wayang kulit seperti ini dapat dijadikan sarana untuk mendidik karakter siswa terutama karakter positif dari tokoh wayang," kata Arif Marwoto.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) DIY, Edy Suwondo mengatakan, wayang kulit merupakan bagian dari budaya atau simbol budaya. Simbol budaya adalah harga diri bangsa.
Oleh karena itu, apabila sudah menggunakan simbol budaya, maka tidak bisa berbuat atau berperilaku seenaknya.
Begitu pula saat menyaksikan wayang, jangan hanya melihat peralatan atau sarana prasarananya saja.
Baca Juga: Tidak Ada Lagi Wilayah PPKM Level 4 di Indonesia, Kondisi Makin Membaik
Namun harus diikuti alur ceritanya, sehingga menjadi paham mengenai pesan moral yang disampaikan dalam pentas wayang tersebut.
Kepala SD Negeri Brongkol, Sri Nurbaini SPd menyambut baik adanya program wayang kulit masuk sekolah yang diselenggarakan oleh Kundha Kabudayan Sleman.
Sebab, program ini selain menjadi hiburan bagi siswa juga dapat menjadi sarana pendidikan budi pekerti siswa.
Baca Juga: Kematian Akibat TBC Meningkat, Investasi Penanggulangan untuk Selamatkan Bangsa Perlu Ditingkatkan
Selain itu, melalui program wayang masuk sekolah juga bisa meningkatkan kecintaan siswa terhadap seni budaya wayang kulit yang akhirnya siswa juga mau melestarikan budaya peninggalan leluhur. *