Batik sebagai identitas Bangsa: Dari tradisi, spiritualitas, hingga keberlanjutan

photo author
- Sabtu, 1 November 2025 | 16:00 WIB
Forum “Kajian Seni dan Masyarakat” yang digelar Program Doktor Kajian Seni dan Masyarakat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jumat (31/10). (MERAPI - WAHYU TURI K)
Forum “Kajian Seni dan Masyarakat” yang digelar Program Doktor Kajian Seni dan Masyarakat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jumat (31/10). (MERAPI - WAHYU TURI K)

“Di Pekalongan, ada ungkapan yang cukup ironis: ‘Kalau sungainya hitam, berarti batiknya laku.’ Artinya, ketika sungai tercemar limbah pewarna, ekonomi justru dianggap sedang bagus. Ini paradoks,” terang Karina.

Dalam upaya menjawab tantangan lingkungan, komunitasnya bekerja sama dengan LSM Dian Desa untuk membangun instalasi pengolahan air limbah sederhana.

“Langkah kecil ini menjadi bukti bahwa batik bisa berkelanjutan tanpa harus merusak lingkungan,” tandasnya.

Dari beragam pandangan yang disampaikan dalam forum tersebut menegaskan satu benang merah: batik adalah identitas yang hidup. Ia hadir dalam tarian, dalam doa, dalam perjuangan ekonomi, dan dalam keseharian masyarakat yang terus beradaptasi dengan zaman. *

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X