Tradisi Gembrungan di Madiun biasa ditampilkan saat peringatan kelahiran bayi

photo author
- Sabtu, 11 Januari 2025 | 20:00 WIB
Panampilan tradisi Gembrungan. (MERAPI-KEMDIKBUD.GO.ID)
Panampilan tradisi Gembrungan. (MERAPI-KEMDIKBUD.GO.ID)

HARIAN MERAPI - Tradisi Gembrungan adalah kesenian rakyat yang diduga berasal dari Jawa Tengah. Namun kesenian ini kemudian menyebar hingga wilayah Jawa Timur termasuk kota Madiun.

Di Kota Madiun, Gembrung akhirnya menjadi kesenian khas dan sejak tahun 2021 ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, kesenian Gembrungan berkembang di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kesenian ini memadukan unsur musik, syair shalawat, serta berpadu dengan tabuhan terbang, timplung, kendang dan terkadang di selingi tepuk tangan.

Baca Juga: Modernisasi alat pertanian, regenerasi petani milenial terus digencarkan di Sukoharjo

Ada sebagian masyarakat menyebutkan kesenian gembrungan ini dengan shalawat gembrung.

Sebenarnya jika dilihat kesenian gembrungan ini sama saja dengan kesenian hadrah atau terbangan sekarang, yang membedakan dan tampak jelas adalah adanya tabuhan terbangan yang ukurannya sangat besar berdiameter kurang lebih 120 cm.

Gembrung terdiri dari sejumlah musik perkusi yang dimainkan oleh setidaknya delapan orang penerbang (pemain musik dan dhalang) yang mengiringi tujuh hingga dua belas penjawab syair.

Penemu Kesenian Gembrungan atau Shalawat Gembrung tidak banyak yang tahu dan kami pun juga tidak tahu.

Baca Juga: Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya, Jumat Berkah oleh Kodim 0714 Salatiga

Katanya kesenian gembrungan ini mulai ada dan berkembang pada zaman wali songo (Sunan Bonang atau Sunan Kalijaga) atau sekitar abad ke 14-15 Masehi.

Sekarang ini sesepuh yang mengetahui seluk-beluk gembrung sangat sedikit bahkan sebagian sudah meninggal.

Menurut berbagai sumber, naskah yang berisi sejarah gembrung dan nilai-nilai filosofis tentang gembrung hanya dimiliki oleh satu/dua orang saja, yang pada dekade terakhir naskah gembrung ditulis kembali dan digandakan melalui foto copy.

Pada sebagian paguyuban gembrung naskahnya masih berupa huruf Arab tulisan tangan (manuskrip).

Baca Juga: Soto Ngawi asal lereng Gunung Lawu layak menjadi pasangan serasi dengan es dawet tape ketan, ini kekhasannya

Pertunjukan kesenian atau shalawat gembrung ini biasanya ditampilkan dalam acara hari-hari besar Maulidan, Rejeban dan Muharram, bakan shalawat gembrungan ini bisanya ditampilkan pada saat peringatan kelahiran bayi, atau pada umumnya ketika bayi berumur 7 bulan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: Kemdikbud

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X