HARIAN MERAPI - Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar untuk merayakan Idul adha 1445 Hijriah atau Tahun Jimawal 1957. Acara dimulai sejak 15 Juni 2024 hingga puncak acara Hajad Dalem Garebeg Besar pada Selasa 18 Juni 2024.
Seperti perayaan Garebeg sebelumnya Keraton Yogyakarta memberikan 8 gunungan kepada masyarakat.
Ke 8 gunungan tersebut oleh para abdi dalem dan bregada dibawa dari Keraton menuju ke Masjid Gedhe yang terdiri dari 5 gunungan, Pura Pakualaman 1 gunungan, Komplek Kepatihan 1 gunungan, dan Ndalem Mangkubumen 1 gunungan.
Baca Juga: Idul Adha 1445 H, DPC PDIP Sukoharjo Sembelih Sembilan Hewan Kurban, Ini Rinciannya
Di Kompleks Kepatihan bangsal Wiyoto Projo dibagikan sejumlah ubarampe gunungan berwujud rengginang untuk para aparatur sipil negara. Sebelumnya tamu undangan menyaksikan Beksan Sang Projo Sigra Makaryo dari Yogyakarta.
Dalam acara tersebut, uba rampe pareden gunungan diserahterimakan dari utusan dalem Keraton KRT Kintoko Sri Sudarmo kepada Sekda DIY Benny Suharsono. Setelahnya Benny Suharsono membagikan uba rampe tersebut kepada para ASN Pemda DIY yang hadir.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakhsmi Pratiwi, SS., M.A. dalam acara tersebut menjelaskan bahwasanya hajad dalem garebeg merupakan agenda rutin sebagai bagian pelestarian adat istiadat dan tradisi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam satu tahunnya Keraton Yogyakarta mengadakan hajad dalem atau upacara adat dalam rangka memperingati hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan prinsip yang sama yakni bagian dari rasa syukur dan pemberian Ngarso Dalem atau Raja Yogyakarta kepada masyarakatnya.
Baca Juga: Kearifan para Nabi dalam Berdakwah, menyerukan dengan hikmah dan pengajaran yang baik
Lebih lanjut, Dian mengatakan khusus di Kepatihan pihaknya mengundang seluruh Kepala OPD DIY sebagai perwakilan, sekaligus sebagai ungkapan syukur dan mendoakan keselamatan kepada Ngarso Dalem serta keselamatan seluruh negeri khususnya Yogyakarta.
Dian berharap adanya Hajad Dalem Garebeg tidak hanya sebagai bentuk upacara dan pelestarian, akan tetapi dapat pula di diseminasi sebagai bagian dari perilaku masyarakat sehari-hari.
“Rombongan terdiri dari prajurit dan abdi dalem yang bertugas dari Keraton ke Kepatihan. Kita tidak menerima wujud gunungan tetapi sebagian dari gunungan sebagai simbolis dari gunungan tersebut."
"Harapan kita upacara adat dan tradisi di Jogja tetap lestari, tak hanya sekedar lestari secara fisik tetapi makna dan nilainya juga dapat di diseminasi dan menjadi bagian dari pelaku kita sehari-hari. Publikasi melalui media sosial, maupun media lainnya akan mendekatkan generasi muda kepada adat dan tradisi,” tutup Dian.
Baca Juga: Cerita misteri ketika belut siluman menerkam Iwan
Disampaikan Sekda DIY Beny Suharsono, garebeg sebagai simbolisasi kedekatan raja dengan masyarakatnya disimbolkan dengan pareden/ gunungan.