HARIAN MERAPI - Terlahir dengan nama RM Murhadi pada 29 Juni 1949, KRMT Projokusumo merupakan canggah dari KGPAA Paku Alam V.
KRMT Projokusumo sejak kecil sudah akrab dengan kehidupan tradisi pun seni khususnya tari yang ada di Pura Pakualaman.
Ayahnya RM. Notoharjo seorang Sentana yang aktif terlibat dalam seni tari di Kadipaten Pakualaman sehingga RM Murhadi pun tertarik untuk menekuni berbagai tari klasik yang ada di Pakualaman.
Baca Juga: Bank Indonesia layani penukaran uang serentak melalui kas keliling mulai 15 Desember
"Sejak masih kecil saya sering diajak Bapak sewaktu berkegiatan menari di Pura Pakualaman. Saya tertarik dan terus ikut berlatih menari," ucap Kangjeng Projo begitu sapaannya di Bangsal Danawara Pura Pakualaman sesuai pertemuan Rebon para kangjeng Urusan Pambudidaya Kadipaten Pakualaman.
Menurut Murhadi, ketertarikannya pada dunia kesenian merupakan panggilan hatinya sehingga hampir semua bidang seni dapat dikuasainya dengan baik.
Selain sebagai penari klasik dan kreasi baru, dia juga memiliki kemampuan mumpuni dalam karawitan.
Bahkan ketika bersama Bagong Kussudiardja mendirikan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja dalam perkembangannya Murhadi dipercaya untuk membuat Gending pengiring tarian garapan Pak Bagong.
Baca Juga: Shin Tae-yong dan Kim Sang-sik, sahabat yang menangani dua klub berbeda dan akan bentrok malam ini
Salah satu karya Murhadi yang hingga saat ini masih populer yaitu gending pengiring tari Yapong.
Bagi Murhadi lingkungan tinggal juga memberikan pengaruh yang kuat untuk berkesenian.
Dalam kenangannya, semasa remaja dia terlibat dalam berbagai kesenian seperti Orkes Bang Bung, Orkes Keroncong, Sandiwara Anak dan Karawitan pengiring ketoprak.
"Setelah melanjutkan sekolah di Sekolah Tehnik Negeri (STN) Lempuyangan karena ada ekstra kulikuler tari saya punya kesempatan untuk belajar tari lebih banyak," tuturnya.