Begini cara membatasi diri mengikuti tren hiburan, ikuti petunjuk psikolog ini

photo author
- Selasa, 8 Oktober 2024 | 11:30 WIB
Ilustrasi - Sejumlah penggemar grup K-Pop Neo Culture Technology 127 berswafoto sebelum konser berlangsung di kawasan Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (13/1/2024).  (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)
Ilustrasi - Sejumlah penggemar grup K-Pop Neo Culture Technology 127 berswafoto sebelum konser berlangsung di kawasan Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (13/1/2024). (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)



HARIAN MERAPI - Tren hiburan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.


Melihat kondisi tersebut, orang perlu membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan. Caranya ?
Psikolog Pendidikan sekaligus dosen Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Adhissa Qonita, M.Psi memberi tips bagaimana cara membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan.

Baca Juga: Korban tewas serangan Israel di Gaza mencapai 42 ribu orang dalam setahun terakhir, ini data lengkapnya


Ia memberikan sejumlah kiat agar seseorang dapat membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan, seperti menonton konser, pergi liburan, dan berbelanja daring.

Menjelang akhir tahun, kegiatan hiburan di Indonesia semakin bertambah, mulai dari konser, promo liburan, dan lainnya. Namun, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan hiburan di atas, Adhissa menyarankan seseorang untuk memikirkan kembali seberapa penting hal tersebut untuk dilakukan.

"Ini nggak harus FOMO (Fear of Missing Out), konteksnya adalah bagaimana cara kita mengerem diri, secara umum kita bisa melihat ke diri kita sendiri sebelum kita menyimpulkan dan menyelesaikan sesuatu," kata Adhissa saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin malam.

Menurutnya, penting bagi seseorang untuk berpikir sejenak sambil melihat faktor kerugian dan keuntungan suatu kegiatan hiburan sebelum melakukannya (terutama yang bersifat tren belaka). Jangan lupa untuk melihat ketersediaan anggaran dan tenaga sebelum melakukan suatu kegiatan hiburan.

Baca Juga: Di Hari Ulang Tahunnya ke-80, Pendiri TIKI dan JNE Resmikan Masjid Nur’aini di Kurau Barat Kepulauan Bangka Belitung

"Kalau berpikirnya tergantung ke orang masing-masing, tapi tidak harus sehari, sebenarnya cuma butuh beberapa menit saja dan kita bisa melihat pro's (pro) & con's (kontra) nya, take a time dulu," ujar dia.

"Secara keuangan, memenuhi nggak kita (jika menggunakannya untuk kegiatan hiburan), kalau pun memenuhi apakah uangnya akan dipakai untuk kebutuhan lain atau tidak," sambungnya.

Lebih lanjut, ia menilai terkadang sulit menentukan prioritas tiap orang karena tidak semuanya memiliki prioritas yang sama. Selama seseorang tidak terjerumus dalam mengikuti tren secara berlebihan, kegiatan hiburan sah-sah saja untuk dilakukan.

"Yang penting supaya kita tidak terjerumus dengan tren, kita lihat juga keuangan dan tenaganya," kata Adhissa.

Baca Juga: Selfie Berujung Maut, Pemuda Tewas Tertemper KA Singasari di Berbah

Dia menambahkan, "Jadi, kembali lagi ke diri sendiri. Cek ulang apa baik dan buruknya (kegiatan hiburan tersebut), kita pasti akan berhenti melakukannya kalau ujung-ujungnya banyak buruknya".

Misalnya menonton konser. Akhir-akhir ini, banyak konser dari artis dalam negeri maupun luar negeri yang digelar di Indonesia, dan tidak sedikit masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X