Yogyakarta hampir setiap minggu ada pameran seni rupa ini artinya tantangan bagi para perupa harus tetap ada dan terjaga di dalam orbitnya agar tidak hilang dan dilupakan.
"Meskipun seniman itu individualis tetapi tetap membutuhkan kebersamaan. Dan yang perlu diingat seorang perupa itu tidak mengenal pensiun, sekali pun stroke seorang perupa harus tetap berkarya," selorohnya.
Baca Juga: Pengamat : Negara ini akan dianggap sebagai milik Jokowi ketika nepotisme dibiarkan tumbuh
Sementara itu Keren Hardini dalam catatannya menulis, reuni setelah 10 tahun dalam pameran ini lebih memiliki kecenderungan pertemanan yang memberi penanda bagi peristiwa bersama mengenang serta mempererat silaturahmi dalam ruang reuni dan berkarya.
"Di saat yang sama dalam ruang ini, mereka bersepakat membicarakan ulang tentang fragmentasi yang muncul dalam kehidupan pada keseharian mereka dan mengemuka di ruang pameran ini dalam karya karya beragam genre serta eksekusi media maupun tema," ungkapnya.
Pertemuan dalam satu dekade berkarya tampak masing masing menajamkan ingatan dan menyodorkan bentuk artistik yang berbeda.
Baca Juga: Pelaku Ekonomi Kreatif Kampung Mergangsang Kidul antusias mengikuti Workshop Unique Selling Point
Keberagaman karya dan juga media serta pilihan tema menjadi menarik karena keempat seniman ini memiliki latar belakang serta profesi masing masing meski mereka disatukan dengan semangat berkarya, hingga terwujud pameran berempat dengan tajuk yang patut ditelisik lebih mendalam lagi 'Pieces of Paradox'. *
