Riski pun pergi ke kamar mandi, bersiap seperti yang lain.
Setelah semua perlengkapan dan persediaan selesai disiapkan, Riski bergegas keluar rumah menyusul yang lain.
Di luar rumah ada Koco, Prio, Puteri, Andris, dan Lika.
Lika, nama terakhir ini, yang melatari semangat Riski ikut dalam pendakian itu.
Kelimanya, mereka sudah menunggu Riski.
Mereka memang berniat melakukan pendakian ketika matahari sejajar di atas kepala.
Mereka pun mempersiapkan semuanya dengan matang, secara bersama, tapi...
Mbah Kung, sang pemilik rumah, yang sedari tadi duduk di teras, sambil mengamati, tiba-tiba ia memanggil Riski.
"Wes ketemu demite omah iki, yo opo, awakmu jek nekat kate melok? (Sudah ketemu hantu penunggu rumah ini, bagaimana, kamu masih mau nekat ikut mendaki?)," tanya Mbah Kung sambil terus menyesap lintingan tembakaunya.
Asap mengalun hingga atap teras, angin yang tetiba berembus, membuyarkan kumpulan asap itu, kemudian lenyap tak berbekas.
Riski melihat Lika, sosok perempuan dambaan hatinya, ia meyakinkan dirinya.
"Nggih Mbah, saya akan ikut," kata Riski.
Mbah Kung kemudian mengangguk, menyesap rokok lintingan itu dalam-dalam, menghembuskan asapnya, tatapannya menerawang, lalu...