HARIAN MERAPI - Bagian terakhir atau keempat cerita misteri Si Upik digondol wewe, stres karena tidak bisa bermain dengan kucing kesayangan.
Pada waktu kesehataNnya sudah pulih Upik diminta menjelaskan apa yang dialami selama 7 hari 7 malam menghilang. Kemudian Upik menjelaskan secara rinci.
Waktu itu ia pulang sekolah ia bertemu dengan Ibunya. Kemudian Ibunya itu bilang :”Upik ayo ikut Ibu ke tempat Bu Likmu di sebelah barat gunung itu”.
Baca Juga: Cerita misteri Si Upik digondol wewe 1, ayah makelar tanah dan ibu perias manten
Upik lalu berpikir ke tempat Bu Lik mana karena ingat Bu Liknya sudah meninggal sebulan yang lalu. Namun Upik tetap mengikuti Ibunya. Setelah berjalan beberapa lama sampailah ia di gedung yang megah.
Dindingnya terbuat dari emas berlian. Perabotanya serba lux. Upik diberi makan nasi
bermacam-macam sate, sayur dan bermacam buah-buahan. Upik memang beberapa
hari merasa senang hidup dirumah tersebut dengan ibunya.
Tetapi ia merasa sepi karena beberapa hari tidak berjumpa dengan ayahnya Pak Wijaya.
Yang paling menyebalkan Upik stress adalah tidak bisa bermain dengan kucing kesayangannya.
Biasanya tidur saja pasti bersama sama dengan Si Manis. Hampir tiap hari ia menangis :”Bu mana kucingku manis?”
Baca Juga: Cerita misteri Si Upik digondol wewe 2, orang tua bingung karena jam 19.00 anak belum pulang
Ibunya bingung lalu dibelikan kucing anggora yang mahal. Kemudian kucing itu diserahkan kepada Upik. Ibunya bilang :”Ini Upik sudah saya belikan kucing anggora yang mahal harganya”. Lalu kucing itu diberikan kepada Upik.
Melihat kucing itu Upik menjerit :”Tidak mau kucing saya adalah Manis tolong carikan”. Ibunya sangat bingung.
Sejak saat itu Upik tidak mau makan ia selalu menangis :”Mana kucingku dan
mana Bapakku?” Mengapa tidak mau makan karena nasi yang disuguhkan itu teletong
lembu, bakmi yang disuguhkan ternyata cacing.
Jadi wajar kalau dia tidak mau makan. Hampir dua haro menangis terus menanyakan kucing dan Bapaknya (Pak Wijaya).
Baca Juga: Cerita misteri Si Upik digondol wewe 3, terdengar tangis di bawah pohon gayam pinggir kampung
Mungkin terlalu jengkel Upik kerap kali disakiti Ibunya minta Gendruwo agar merubah wujudnya seperti Pak Wijaya. Lalau mendekati Upik dan ia berkata :”Upik aku ayahmu”. Namun Upik menjerit :”Itu bukan Bapak kalau Bapak punya tahi lalat di pipinya”.