HARIAN MERAPI - Bagian ketiga dari cerita misteri Si Upik digondol wewe, terdengar tangis di bawah pohon gayam pinggir kampung.
Kemudian orang-orang diminta mencari Upik disebelah barat rumahnya. Mereka mencari dengan teliti rumpun rumpun bambu dibersihkan mungkin upik ada didalamnya.
Parit parit dan selokan diteliti kalau kalau Upik jatuh dalam parit (selokan).satu hari mereka mencari namun hasilnya nihil.
Baca Juga: Cerita misteri Si Upik digondol wewe 1, ayah makelar tanah dan ibu perias manten
Jadi bahwa menurut Kyai Sudimara Upik ada di sebelah barat rumahnya tidak terbukti. Orang tuanya semakin bingung karena sudah 3 hari menghilang tetapi belum ada tanda tanda akan diketemukannya.
Ada yang berpendapat lain yaitu mencarinya dengan alat musik. Pak Wijaya pun setuju maka disiapkan gitar, piring dan sendok serta nyiru.
Mereka mengitari kampung paling depan pemain gitar menyanyikan lagu kesukaan Upik yaitu ular naga panjangnya, dibelakangnya penabuh nyiru dan piring.
Paling depan membawa oncor dibelakangnya pemain gitar. Nanyi - Ular naga pangnya bukan kepalang …………- Disambung blek blek thing, Blek blek thing !, Blek blek thing !
Baca Juga: Cerita misteri Si Upik digondol wewe 2, orang tua bingung karena jam 19.00 anak belum pulang
''Kamu di mana Upik?” ....'Kamu di mana Upik?” Ternyata Upik pulang sekolah diajak oleh Ibunya ke barat Kata Upik yang didengar oleh orang-orang yang mencarinya.
Setelah orang-orang yang mencari Upik mengitari kampung tiga kali terdengarlah tangis Upik di bawah pohon gayam yang ada di pinggir kampung dekat sawah. Mendengar suara Upik ibunya cepat cepat berlari akan menggendong Upik.
Namun dicegah oleh tua tua kampung :”Jangan mendekat Upik Bu nanti saya saja yang mengambil”. Kemudian tua-tua kampung itu yang mengambil Upik dengan digendong.
Acara masih diteruskan Upik digendong oleh tua tua kampung dibawa kerumahnya. Sampai di rumah, Upik kelihatanya masih bingung tidak tahu ayahnya atau ibunya.
Baca Juga: Kisah mistis jembatan spoor serayu, terdengar suara gamelan lengger ada malam Rabu Wage
Kemudian tua tua kampung memberi air putih kepada Upik agar diminum. Lalu tua tua kampung itu tampak komat kamit mengucap mantra dan berdoa lalu memegang kepala Upik dan bilang: