harianmerapi.com - Dalam perjuangan menyelamatkan pusaka Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Tunggul Wulung akhirnya bertemu dengan satria pinilih Danang Sutawijaya.
Sekali lagi Danang Sutawijaya mengucapkan terima kasih, lalu dia menyembah pusaka-pusaka pemberian Ki Ageng Tunggul Wulung sebagai perwujudan rasa hormat yang sedalam-dalamnya kepada para penguasa Majapahit dahulu.
Pusaka-pusaka sakti itu akhirnya dibawa oleh Danang Sutawijaya yang di kelak kemudian hari nanti akan disimpan di gedung pusaka kerajaan Mataram yang dibangun di daerah Kota Gede.
Konon, sesudah menyerahkan pusaka-pusaka sakti Kerajaan Majapahit tadi Ki Ageng Tunggul Wulung kemudian mengajak para pengikutnya berkumpul di suatu tempat.
Mereka bersamadi, berdoa dan mendoakan rakyat wilayah Dukuhan agar senantiasa hidup tenteram, damai, serta kecukupan sandang pangan dan dijauhkan dari cobaanNya yang berat.
Setelah itu Ki Ageng Tunggul Wulung bersama pengikutnya moksa. Nah, tempat moksanya inilah yang kemudian dipepundi oleh segenap warga Dukuhan sebagai tempat wingit.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 2: Dibantu Prajurit Makhluk Halus Menuju ke Arah Barat Daya
Setiap waktu tertentu diberi sesaji sebagai rasa terima kasihnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mengaruniai kebahagiaan hidup lewat jasa baik Ki Ageng Tunggul Wulung yang telah ikut membangun wilayah tersebut hingga menjadi subur makmur, urip sing sarwa tinandur.
Demikianlah, kisah Ki Ageng Tunggul Wulung yang diambil dari legenda rakyat Dukuhan, Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta.
Karena peristiwa-peristiwa dalam kisah itu lebih sering terjadi pada hari Jumat Pon maka setiap tahun pada hari tersebut pas di bulan Agustus selalu diperingati sebagai Tradisi Adat Tunggul Wulung.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 3: Perjalanan Masih Jauh, Beristirahat di Bawah Pohon Gayam
Acara ini dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya dan kesenian oleh warga setempat.
Tradisi adat Tunggul Wulung ini diharapkan bisa diwarisi secara turun temurun oleh generasi mendatang sebagai warisan maupun kekayaan budaya daerah.
Handono seniman muda dari wiayah tersebut mengatakan Tradisi adat Tunggul ini perlu dilestarikan karena merupakan media pengembangan kesenian tradisional yang cukup memadahi.