harianmerapi.com -Dalam perjalanan untuk menyelamatkan pusak Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Tunggul Wulung mampir di Padepokan Ki Gede Kusumayuda menyamar jdi oran biasa.
Selama itu Ki Ageng Tunggul Wulung suka berburu ke hutan dan beristirahat di goa-goa.
Jegagik... Ki Ageng terperanjat ketika beliau mendengar suara dari dalam goa memanggil namanya. “Ah, Kakang Kusumayuda? Mengagetkan aku saja?” sapa Ki Ageng sambil mendekati mulut goa yang tidak seberapa dalamnya.
“Hahahaa... di sinilah tempatku ngenggar-enggar penggalih, Adi Tunggul Wulung,” jawab Ki Gede Kusumayuda tertawa.
Mereka berdua lalu ngobrol-ngobrol aneka macam sebagaimana layaknya seorang sahabat yang lama tidak bertemu, sama-sama merajut rasa rindu.
“Sebenarnya dua orang prajurit Punakawan yang pernah kamu kirim ke daerah Dukuhan beberapa bulan yang lalu juga mampir ke Padepokanku."
"Dari mereka aku tahu semua keadaan Kerajaan Majapahit akhir-akhir ini, aku ikut prihatin”, kata Ki Gede Kusumayuda.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 2: Dibantu Prajurit Makhluk Halus Menuju ke Arah Barat Daya
“Ya. Beginilah nasib kami sekarang, Kakang. Oh...ya, aku membawa pesan dari Kanjeng Sinuwun Prabu Brawijaya Kertabumi, Kakang."
"Begini, Sebelum Kerajaan Majapahit benar-benar runtuh aku dipercaya merumat pusaka berupa tombak Kiai Tunggul Wasesa, keris Kiai Pulung Geni, dan sebuah bendera Pataka Majapahit berwana gula kelapa."
"Nah, kelak pusaka-pusaka tersebut harus aku serahkan kepada seorang kesatria yang bertabiat jujur dan mengemban kepentingan rakyat banyak."
"Siapakah kesatria tersebut aku tidak tahu dan Sinuwun Prabu juga tidak menyebutkannya. Hanya dikatakan jika kesatria tadi kelak akan menjumpaiku tetapi mungkin dalam waktu yang cukup lama”, Ki Ageng Tunggul Wulung menjelaskan.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 3: Perjalanan Masih Jauh, Beristirahat di Bawah Pohon Gayam
Ki Gede Kusumayuda mantuk-mantuk, “Ya ya ya aku mengerti, Adi. Firasatku mengatkan, sering-seringlah kamu berburu di hutan-hutan seputar daerah sini."